
(Foto: APROBI)
Jakarta, HAISAWIT - Serapan minyak sawit mentah (CPO) untuk produksi biodiesel di tahun 2025 diperkirakan mencapai 13,5 juta ton. Angka ini meningkat 18% dibandingkan tahun sebelumnya, seiring dengan implementasi program B40 yang terus berjalan.
Berdasarkan data Asosiasi Produsen Biofuel Indonesia (APROBI), kebutuhan FAME (Fatty Acid Methyl Ester) tahun ini akan terbagi dalam dua skema utama. Sebanyak 7,55 juta kiloliter dialokasikan untuk program Public Service Obligation (PSO) dan 8 juta kiloliter untuk sektor non-PSO.
Sekretaris Jenderal APROBI, Ernest Gunawan, menyampaikan bahwa program B40 tetap dijalankan sesuai rencana. Ia menekankan bahwa distribusi FAME akan tetap dilakukan, termasuk oleh PT Pertamina.
"Dalam program B40 tahun ini, serapan FAME terbagi menjadi 7,55 juta kiloliter untuk program PSO (Public Service Obligation) dan 8 juta kiloliter untuk non-PSO," ujar Ernest, seperti dalam unggahan Instagram resmi APROBI, dikutip Senin (24/03/2025).
Lebih lanjut, ia memastikan bahwa pencampuran FAME ke dalam bahan bakar minyak tetap berjalan sesuai kebijakan yang telah ditetapkan.
"Namun, saya pastikan program B40 akan berjalan karena FAME tetap akan dicampurkan oleh PT Pertamina," tambahnya.
Kenaikan serapan CPO ini sejalan dengan upaya pemerintah dalam meningkatkan bauran energi terbarukan di sektor transportasi. Dengan implementasi B40, Indonesia berupaya mengurangi ketergantungan terhadap bahan bakar fosil dan mendukung target emisi rendah karbon.
Di sisi lain, peningkatan kebutuhan CPO untuk biodiesel juga berdampak pada industri perkebunan sawit. Produksi yang lebih tinggi diperlukan agar suplai bahan baku tetap terpenuhi tanpa mengganggu kebutuhan pasar lainnya.
Program biodiesel berbasis sawit menjadi salah satu strategi utama dalam pengelolaan energi nasional. Dengan target serapan 13,5 juta ton CPO tahun ini, industri sawit menghadapi tantangan dalam menjaga keseimbangan pasokan dan permintaan di tengah dinamika pasar global.***