Dominasi Produksi Sawit Global, Tapi Publikasi Riset Indonesia Masih Tertinggal dari Malaysia

Indonesia mendominasi produksi minyak sawit global, tetapi publikasi risetnya masih tertinggal dari Malaysia. BRIN mengungkapkan bahwa hanya 13,8% publikasi terkait sawit berasal dari Indonesia, jauh di bawah Malaysia yang mencapai 34,2%.

BERITA

Arsad Ddin

4 April 2025
Bagikan :


(Foto Ilustrasi: Arsad Ddin)

Jakarta, HAISAWIT – Indonesia merupakan produsen minyak kelapa sawit terbesar di dunia, tetapi publikasi riset terkait sawit masih tertinggal dibandingkan Malaysia. Data jurnal Scopus dari 2004 hingga 2022 menunjukkan bahwa Malaysia memiliki 34,2 persen publikasi terkait sawit, sedangkan Indonesia hanya 13,8 persen.

Kepala Pusat Riset Ekonomi Perilaku dan Sirkuler Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Umi Karomah Yaumidin, menyampaikan pandangannya dalam salah satu sesi diskusi Indonesia Palm Oil Research and Innovation Conference and Expo (IPORICE) di Gedung Widya Graha Kawasan Sains BRIN Gatot Subroto, Jakarta, Selasa (13/08/2025).

Dalam pemaparannya, ia mengungkapkan bahwa Indonesia memiliki luas lahan sawit sebesar 16,38 juta hektar dengan total produksi mencapai 46,8 juta ton Crude Palm Oil (CPO). Sementara itu, 73,83 persen dari total nilai ekspor pertanian Indonesia berasal dari komoditas ini.

“Jadi, industri sawit menjadi komponen vital dalam ekonomi Indonesia dan memiliki dampak yang signifikan dalam berbagai aspek. Termasuk pertumbuhan ekonomi, ketahanan pangan, penciptaan lapangan kerja, dan kontribusi terhadap perdagangan internasional,” ujar Umi, dikutip dari laman BRIN, Jumat (04/04/2025).

Meski demikian, jumlah publikasi riset dari Indonesia masih tertinggal dibandingkan negara lain. Beberapa penelitian yang telah dilakukan masih lebih banyak berfokus pada limbah cair dibandingkan potensi limbah padat yang juga bisa dimanfaatkan.

“Terkait dari penanganan limbah, kalau dilihat dari hasil penelitian terutama yang dari Scopus dan penelusuran dari google scolar, masih terfokus dari beberapa limbah cair. Ini belum terlihat bagaimana memanfaatkan limbah padatnya,” ujarnya.

Selain itu, tantangan lain yang dihadapi adalah sulitnya riset-riset sawit dari Indonesia untuk diterima dalam jurnal ilmiah bereputasi. Hal ini membuat perkembangan inovasi dan teknologi sawit Indonesia kurang terekspos secara global.

“Ini menjadi fokus untuk mempromosikan riset sawit yang berkelanjutan yang dapat menyakinkan kepada dunia luar, bahwa kelapa sawit masih dapat memenuhi konsep berkelanjutan. Sementara riset-riset di BRIN sudah mulai dibatasi,” lanjutnya.

Berdasarkan data Dinas Perkebunan tahun 2023, luas perkebunan sawit Indonesia mencapai 16,8 juta hektar dengan produksi sekitar 48 juta ton CPO. Provinsi Riau menjadi penghasil terbesar, disusul Kalimantan Tengah dan Kalimantan Barat.

Dengan dominasi produksi yang besar, publikasi riset yang lebih kuat diperlukan untuk memperkuat posisi Indonesia dalam inovasi dan pengelolaan berkelanjutan di sektor sawit.***

Bagikan :

Artikel Lainnya