
Guru Besar Fakultas Peternakan IPB University, Prof. Nahrowi (Foto: ipb.ac.id)
Bogor, HAISAWIT - Guru Besar Fakultas Peternakan IPB University, Prof. Nahrowi, mengungkapkan potensi besar dari sistem integrasi sapi dan kelapa sawit (SISKA) dalam meningkatkan efisiensi penggunaan lahan dan mendukung swasembada daging nasional. Sistem ini menggabungkan usaha budidaya kelapa sawit dan peternakan dalam satu lahan, menjadikan pemanfaatan tanah lebih optimal.
Menurut Prof. Nahrowi, dengan menerapkan SISKA, peternak tidak perlu lagi membeli pakan untuk sapi karena mereka bisa merumput di antara tegakan kelapa sawit. Sementara itu, pekebun sawit dapat menghemat biaya pembelian herbisida, karena gulma di bawah pohon sawit akan dimakan oleh sapi.
“Sistem integrasi sapi dan kelapa sawit adalah model pertanian terpadu yang menggabungkan usaha budi daya kelapa sawit dan peternakan dalam satu lahan,” ujar Prof. Nahrowi, dikutip laman IPB, Rabu (07/05/2025).
Selain itu, sistem ini juga berkontribusi pada pengurangan penggunaan pupuk kimia. Sisa pakan yang dikonsumsi sapi akan menghasilkan kotoran yang bisa dijadikan pupuk alami bagi tanaman kelapa sawit. Hal ini semakin mendukung prinsip pertanian berkelanjutan.
Dengan luas perkebunan sawit Indonesia yang mencapai 16,8 juta hektare, Prof. Nahrowi menghitung bahwa jika setengah dari lahan tersebut digunakan untuk SISKA, maka bisa menampung sekitar 8,4 juta ekor sapi. Hal ini tentu bisa membantu mempercepat pencapaian swasembada sapi nasional.
Prof. Nahrowi juga menambahkan bahwa model ini sudah terbukti berhasil, seperti yang dilakukan oleh Wahyu Darsono, alumni IPB, yang menerapkan sistem SISKA di Kalimantan Selatan melalui PT Simbiosis Karya Agroindustri (SISKA Ranch).
“Model yang dikembangkan Pak Wahyu telah berjalan lebih dari enam tahun dan terbukti cocok untuk dikembangkan di kebun sawit,” ujarnya.
Hingga kini, terdapat 58 klaster SISKA yang tersebar di beberapa provinsi, seperti Kalimantan Selatan, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, dan Riau. Keberhasilan ini menunjukkan bahwa sistem integrasi sapi dan sawit dapat diterapkan di berbagai daerah.
Sebagai langkah lanjutan, IPB University berencana membangun miniatur sistem SISKA di IPB Jonggol Innovation Valley. Miniatur ini akan digunakan sebagai pusat pembelajaran dan penelitian bagi pengembangan lebih lanjut dari sistem integrasi ini.
“Dukungan dari berbagai pihak sangat diperlukan agar sistem ini bisa diterapkan secara luas. SISKA memiliki potensi yang besar untuk menjadi solusi dalam menciptakan usaha pertanian dan peternakan yang berkelanjutan,” tambah Prof. Nahrowi.***