IEU-CEPA Capai Tahap Akhir, Peluang Ekspor Sawit Indonesia ke Eropa Makin Terbuka

Indonesia dan Uni Eropa hampir merampungkan perjanjian IEU-CEPA. Produk unggulan seperti minyak sawit diproyeksikan mendapat manfaat besar lewat penurunan tarif ekspor dan akses pasar yang lebih luas.

BERITA

Arsad Ddin

16 Juni 2025
Bagikan :

Diseminasi Perundingan IEU-CEPA, di Jakarta, Jumat (13/06/2025). (Foto: ekon.go.id)

Jakarta, HAISAWIT – Indonesia memasuki tahap akhir dalam penyelesaian perundingan perjanjian dagang dengan Uni Eropa melalui Indonesia-European Union Comprehensive Economic Partnership Agreement (IEU-CEPA).

Proses ini disebut telah menyentuh lebih dari 90 persen penyelesaian teks, menyisakan beberapa isu teknis di tingkat negosiator utama dan kelompok kerja terkait.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto memimpin langsung delegasi Indonesia dalam pertemuan dengan Komisioner Uni Eropa Bidang Perdagangan dan Keamanan Ekonomi, Maroš Šefčovič, di Brussels, Jumat (06/06/2025) beberapa hari lalu.

Dalam pertemuan itu, sejumlah kesepakatan teknis berhasil dicapai yang memperkuat optimisme atas penyelesaian IEU-CEPA dalam waktu dekat.

“Proses perundingan substansi IEU-CEPA ini sudah masuk tahap terakhir, dan hampir seluruh substansi sudah disepakati. Itu dari hasil pertemuan kemarin di Eropa, di Brussels. Per hari ini juga saya sudah mendapatkan konfirmasi dari Komisioner Maros terkait hasil resume rapat yang mereka juga sudah sepakati. Oleh karena itu, kita sedang menunggu semoga kedua pemimpin, Presiden Prabowo dan Presiden Uni Eropa, nanti pada waktunya akan mengumumkan bersama,” ungkap Menko Airlangga dalam Diseminasi Perundingan IEU-CEPA, di Jakarta, Jumat (13/06/2025).

Perjanjian tersebut berpotensi memberi dampak signifikan terhadap ekspor sejumlah komoditas unggulan, termasuk minyak kelapa sawit dan produk turunannya.

Minyak kelapa sawit tercatat sebagai salah satu komoditas utama yang dikirim Indonesia ke pasar Uni Eropa selama beberapa tahun terakhir.

Sepanjang 2024, ekspor Indonesia ke Uni Eropa mencapai USD17,35 miliar atau 6,5 persen dari total ekspor nasional senilai USD264,70 miliar.

Neraca perdagangan Indonesia dengan Uni Eropa juga mencatatkan surplus yang naik dari USD2,5 miliar pada 2023 menjadi USD4,5 miliar pada 2024.

Selain sawit, produk seperti bijih tembaga, fatty acids (oleokimia), bungkil kelapa, serta barang berbasis karet juga mendominasi daftar ekspor ke Eropa.

Menko Airlangga menekankan pentingnya kesiapan industri dalam negeri agar dapat merespons peluang ekspor yang lebih terbuka melalui kesepakatan ini.

“Untuk memaksimalkan manfaat tersebut, Indonesia perlu memastikan kesiapan industri domestik, memperkuat ekosistem pendukung ekspor, serta melakukan harmonisasi kebijakan lintas sektor,” ujar Airlangga dalam Diseminasi Perundingan IEU-CEPA, Jumat (13/6).

Studi dari CSIS dan Komisi Eropa menyebutkan, PDB Indonesia berpotensi tumbuh sebesar 0,19 persen dan ekspor nasional naik hingga 57,76 persen dalam tiga tahun setelah IEU-CEPA diberlakukan.

Menko Airlangga menyebut, peningkatan ekspor tersebut akan membuat posisi Indonesia sebanding dengan negara-negara seperti Vietnam dan Malaysia yang telah lebih dulu menjalin FTA dengan Uni Eropa.

“Jadi kalau ekspor kita naik 50 persen itu setara dengan Vietnam ataupun Malaysia tahun ini. Kalau ini yang kita dorong dengan adanya IEU-CEPA ini nanti tarif-tarif (ekspor komoditas) yang unggulan kita yang sekarang bisa 8-12 persen itu bisa turun ke 0 persen,” ujar Airlangga.

Rencana finalisasi perjanjian ini akan dilanjutkan dengan penandatanganan dokumen legal pada kunjungan Komisioner Maros ke Indonesia pada September 2025.

Perjanjian IEU-CEPA ini memerlukan ratifikasi dari 27 negara anggota Uni Eropa serta parlemen Indonesia sebelum resmi diberlakukan.

Sejumlah pejabat turut hadir dalam acara diseminasi tersebut, termasuk Sekretaris Kemenko Perekonomian Susiwijono Moegiarso, Deputi Ali Murtopo Simbolon, dan Dirjen Perdagangan Internasional Djatmiko Bris Witjaksono.

Selain itu, perwakilan asosiasi industri ekspor juga hadir untuk menyimak perkembangan perundingan IEU-CEPA dan implikasinya terhadap perdagangan lintas kawasan.***

Bagikan :

Artikel Lainnya