
Dirjen Bina Administrasi Kewilayahan Kemendagri, Syafrizal, menyoroti pentingnya diversifikasi sektor ekonomi Riau. (Foto: Mediacenter Riau).
Pekanbaru, HAISAWIT - Direktur Jenderal Bina Administrasi Kewilayahan (Dirjen Adwil) Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri), Syafrizal, mengatakan bahwa pertumbuhan ekonomi Riau menunjukkan penurunan dalam beberapa tahun terakhir. Hal ini menjadi perhatian dalam Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang) Provinsi Riau untuk menyusun Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) 2026, Jumat (25/04/2025).
Dalam acara tersebut, Syafrizal mengingatkan pentingnya perencanaan matang dalam menyusun RKPD yang akan menjadi dasar bagi Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) periode 2026–2031.
“Karena perencanaan (RKPD) tahun 2026 merupakan awal dari RPJMD, ini harus selaras dan sinkron. Sehingga kita bisa menentukan kemana arah pembangunan 2026-2029. Rencana ini juga bermanfaat untuk menentukan indikator kinerja dan standar monitor,” ujar Syafrizal, dikutip laman Diskominfo Pemprov Aceh, Jumat (02/05/2025).
Dia juga menekankan bahwa RKPD 2026 harus mendukung visi Indonesia Emas 2045, yang berfokus pada keberlanjutan ekonomi dan pengurangan ketergantungan pada sektor primer.
Syafrizal mengungkapkan bahwa laju pertumbuhan ekonomi Riau mengalami penurunan signifikan. Pada tahun 2022, ekonomi Riau tumbuh 4,55 persen, namun menurun menjadi 4,21 persen pada tahun 2023 dan hanya 3,52 persen pada tahun 2024.
“Laju pertumbuhan ekonomi Riau pada tahun 2022 sebesar 4,55 persen, kemudian turun menjadi 4,21 persen pada tahun 2023, dan 3,52 persen pada tahun 2024. Hal ini karena sektor ekonomi Riau yang masih dominan pada sektor primer, yang rentan terhadap fluktuasi harga komoditas global,” jelasnya.
Sebagai informasi, Riau merupakan salah satu daerah penghasil kelapa sawit terbesar di Indonesia, yang memberikan kontribusi signifikan terhadap ekonomi daerah. Namun, ketergantungan pada komoditas ini menjadikan ekonomi Riau rentan terhadap fluktuasi harga pasar global.
Untuk itu, Syafrizal menyarankan agar pemerintah daerah fokus pada diversifikasi sektor unggulan sebagai langkah strategis. Menurutnya, ini penting untuk menciptakan pertumbuhan yang lebih berkelanjutan.
“Strategi harus dibuat agar tidak lagi bergantung pada sektor migas dan sawit, tapi dapat beralih ke sektor-sektor yang lain lewat diversifikasi sektor unggulan,” lanjutnya.
Diversifikasi ekonomi, menurutnya, akan membuka peluang baru dan mengurangi risiko dari fluktuasi harga komoditas global.
Selain itu, Syafrizal mendorong agar pendidikan vokasi diperkuat di Riau. Pendidikan vokasi dianggap dapat meningkatkan daya saing tenaga kerja lokal dan mendukung sektor-sektor industri yang berkembang.***