Replanting dan Mekanisasi Areal Teras Jadi Sorotan di Sesi Pembuka Seminar HASI 2025

Sesi ini menghadirkan dua narasumber berpengalaman, yaitu Bapak Abdul Halim, General Manager Plantation dari Sarawak Plantation Berhad (Malaysia), dan Bapak R. Ravichandar M. Ramiah, Chief Estate Operations PT Rea Kaltim Plantations (Indonesia). Diskusi dipandu oleh Bapak Tatang Somantri, Head of Agronomy dari Minanga Group.

BERITA HAI SAWIT EVENT

HLS Redaksi

7 Mei 2025
Bagikan :

Jakarta, HAISAWIT - Sesi pertama Hai Sawit Simposium (HASI) 2025 dibuka dengan topik strategis bertajuk "Replanting dan Desain Mekanisasi pada Areal Teras", yang mengulas tantangan dan solusi teknis dalam peremajaan kebun kelapa sawit, khususnya di wilayah dengan topografi curam dan bertingkat (terraced area).

Sesi ini menghadirkan dua narasumber berpengalaman, yaitu Bapak Abdul Halim, General Manager Plantation dari Sarawak Plantation Berhad (Malaysia), dan Bapak R. Ravichandar M. Ramiah, Chief Estate Operations PT Rea Kaltim Plantations (Indonesia). Diskusi dipandu oleh Bapak Tatang Somantri, Head of Agronomy dari Minanga Group.

Dalam pemaparannya, Bapak Abdul Halim menjelaskan pendekatan strategis yang telah diterapkan di Sarawak, termasuk:

  • Penggunaan alat berat dengan sistem stabilisasi untuk kemiringan ekstrem.
  • Desain terasering yang memperhitungkan arah aliran air dan aspek keselamatan kerja.
  • Integrasi pemetaan drone dan GIS untuk memandu perencanaan serta pelaksanaan replanting.

“Di Malaysia, fokus kami adalah efisiensi dan keberlanjutan. Dengan medan yang menantang, desain dan implementasi mekanisasi harus adaptif dan presisi,” ujarnya.

Sementara itu, Bapak R. Ravichandar menekankan bahwa perencanaan replanting harus dimulai sejak awal dengan pendekatan berbasis data dan analisis teknis yang matang. Beliau memaparkan proses komprehensif yang diterapkan di PT REA Kaltim Plantations, antara lain:

  • Pemetaan awal menggunakan teknologi LIDAR dan data kontur topografi.
  • Desain terrace planting lebar 4–5 meter, dengan jarak evakuasi TBS maksimal 250 meter.
  • Penerapan jalan silang dan sejajar berkemiringan rendah (<5°) untuk mendukung mekanisasi.
  • Penyesuaian posisi drainase dan gundukan tanah (mounding) demi stabilitas lahan.
  • Penekanan pada single handling dan konektivitas langsung antara teras dan jalan utama.

“Desain mekanisasi bukan hanya soal alat, tetapi soal efisiensi, kemudahan akses, dan kelayakan implementasi jangka panjang. Tanpa dukungan SDM terlatih dan rencana yang matang, teknologi tak akan efektif,” tegas Ravichandar.

Diskusi interaktif ini menyimpulkan bahwa keberhasilan replanting di areal teras menuntut integrasi antara aspek agronomi, desain teknis, dan kesiapan organisasi. Efisiensi, konservasi tanah-air, dan keselamatan kerja menjadi pilar utama.

Sesi ini dihadiri oleh ratusan peserta dari kalangan profesional perkebunan, peneliti, akademisi, hingga perwakilan pemerintah. Antusiasme tinggi terlihat dalam sesi tanya jawab, yang membahas potensi kolaborasi dan replikasi praktik terbaik antara Indonesia dan Malaysia.

Melalui sesi ini, kegiatan HASI 2025 menegaskan pentingnya pertukaran pengetahuan lintas negara untuk mewujudkan praktik replanting yang produktif, adaptif terhadap medan sulit, dan berkelanjutan di masa depan.

Bagikan :

Artikel Lainnya