Petani sawit swadaya mengikuti pelatihan penghitungan karbon di Pekanbaru. FORTASBI menggandeng WWF Indonesia dan TUV Rheinland untuk mengenalkan metode sederhana menghitung serapan karbon dari kebun sawit dan agroforestry.
Arsad Ddin
10 Juni 2025Petani sawit swadaya mengikuti pelatihan penghitungan karbon di Pekanbaru. FORTASBI menggandeng WWF Indonesia dan TUV Rheinland untuk mengenalkan metode sederhana menghitung serapan karbon dari kebun sawit dan agroforestry.
Arsad Ddin
10 Juni 2025Pekanbaru, HAISAWIT – Petani sawit swadaya kini mulai mengenal cara mengukur serapan karbon di kebun mereka. FORTASBI menggandeng WWF Indonesia dan TUV Rheinland dalam program pelatihan ini.
Langkah ini bertujuan mengenalkan metode sederhana penghitungan karbon, agar petani mampu memahami potensi kontribusi mereka terhadap pengurangan emisi gas rumah kaca.
Dilansir laman Fortasbi, Selasa (10/06/2025), pelatihan ini dilakukan melalui kegiatan Training of Trainers (ToT) di Pekanbaru. Tiga peserta terpilih dari masing-masing provinsi hadir dalam pelatihan ini.
Kegiatan berlangsung dengan sesi teori dan praktik langsung di lapangan. Para peserta diajak menghitung karbon di kebun sawit dan lahan agroforestry.
Pelatih berasal dari lembaga CIFOR-ICRAF yang memiliki pengalaman dalam pengelolaan lanskap berkelanjutan.
Materi yang diberikan mencakup pengenalan lokasi penyimpanan karbon serta cara karbon dilepaskan ke atmosfer.
Petani belajar mengenali sumber karbon dan memahami aktivitas kebun yang dapat mempengaruhi pelepasan karbon.
FORTASBI menilai bahwa edukasi ini penting agar petani memiliki pengetahuan dalam pengelolaan lingkungan secara berkelanjutan.
Selain itu, metode perhitungan yang diajarkan bersifat praktis dan bisa diterapkan di lapangan dengan alat sederhana.
Kegiatan ini tidak hanya menyasar kebun sawit monokultur, tetapi juga kebun campuran yang dikelola petani secara swadaya.
Seluruh peserta pelatihan memiliki tanggung jawab untuk menyebarluaskan ilmu yang diperoleh kepada kelompok petani di wilayah masing-masing.
Dengan pendekatan pelatihan berjenjang, program ini menjangkau lebih banyak petani di tingkat lokal.
Pelatihan ini juga menjadi upaya untuk meningkatkan pemahaman petani terhadap peran kebun sawit swadaya dalam mitigasi iklim.
Sebagian peserta berasal dari kelompok petani yang telah tersertifikasi dalam skema RSPO atau ISPO.
Sertifikasi ini mengarahkan petani menerapkan praktik pertanian ramah lingkungan, termasuk pengelolaan limbah dan lahan gambut.
Kegiatan yang berlangsung di Pekanbaru ini menunjukkan bahwa upaya pengurangan emisi tidak hanya berasal dari korporasi besar, tetapi juga dari petani kecil.***