AII Apresiasi Riset BPDPKS dalam Mendukung Industri Sawit Berkelanjutan

Asosiasi Investor Indonesia (AII) memuji riset BPDPKS yang mendukung keberlanjutan industri sawit dengan teknologi inovatif. Ketua AII, Didiek Goenadi, menekankan pentingnya komersialisasi hasil riset tersebut untuk memperkuat daya saing global.

BERITA

Arsad Ddin

10 Oktober 2024
Bagikan :

Bali, HAISAWIT – Ketua Umum Asosiasi Investor Indonesia (AII), Didiek Hadjar Goenadi, memberikan apresiasi tinggi terhadap riset yang dilakukan oleh Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS). Menurutnya, riset tersebut telah berperan penting dalam mendukung keberlanjutan industri kelapa sawit nasional.

Didiek menilai bahwa riset BPDPKS tidak hanya berfokus pada kebijakan, tetapi juga pada pengembangan teknologi yang mampu menjawab berbagai tantangan yang dihadapi industri sawit saat ini.

“Riset BPDPKS mengedepankan aspek manfaat bagi para pelaku industri kelapa sawit nasional termasuk pemerintah, maka teknologi tersebut harus dapat secepat mungkin dikomersialisasikan,” tutur Didiek Hadjar Goenadi, saat Acara PERISAI di Bali, beberapa waktu lalu.

Salah satu keunggulan dari riset BPDPKS, lanjut Didiek, adalah pendekatan problem-solving yang digunakan dalam setiap tahapannya. Riset tersebut dirancang untuk menghasilkan solusi konkret bagi industri, baik dalam hal teknologi maupun kebijakan. Hal ini diharapkan dapat memperkuat posisi Indonesia sebagai produsen minyak kelapa sawit terkemuka di dunia.

“Umumnya riset BPDPKS memiliki problem solving oriented. Dari tantangan dan peluang tersebut, kita melihat ada aplikasi yang menjadi pasar, artinya cakupan aplikasi apa dari teknologi yang dikembangkan itu menjadi pasar atau target dari teknologi yang dikembangkan,” ujar Didiek.

Sejalan dengan pernyataan Didiek, BPDPKS terus mendorong kolaborasi antara pemerintah, peneliti, dan pelaku industri sawit. Salah satu program unggulan yang diadakan tahun ini adalah PERISAI 2024, yang bertujuan mempercepat hilirisasi hasil riset dan inovasi dalam industri kelapa sawit.

AII juga berperan aktif dalam menjembatani para penemu (inventor) dengan mitra-mitra di sektor industri. Upaya ini dilakukan untuk memastikan invensi yang dihasilkan dapat dikomersialisasikan dan tidak terjebak dalam “lembah kematian” atau valley of death. Kondisi ini sering dialami oleh banyak institusi riset yang gagal membawa prototipe teknologi mereka ke pasar komersial.

Menurut Didiek, pentingnya memperkuat DNA inovator di kalangan inventor menjadi salah satu fokus AII.

“Ketiga, kami juga memperkaya DNA inventor itu dengan DNA inovator, yaitu menggabungkan beberapa ide, lalu mempertanyakan kelayakannya, melakukan percobaan-percobaan, dan terakhir yang paling penting adalah networking. Itulah yang mesti dikuasai oleh para inventor,” terang Didiek panjang lebar.

Dengan semakin berkembangnya riset dan inovasi di industri sawit, Didiek berharap teknologi yang dihasilkan dapat segera diadopsi oleh pemerintah dan sektor industri.

Langkah ini akan memperkuat daya saing global industri sawit Indonesia dan sekaligus menjawab berbagai tantangan, seperti efisiensi produksi, rendahnya emisi gas rumah kaca, dan pemanfaatan biomassa.

Kolaborasi antara BPDPKS, pemerintah, dan pelaku industri dipandang sebagai kunci utama dalam mewujudkan industri kelapa sawit nasional yang berkelanjutan dan tangguh di pasar global.***

Bagikan :

Artikel Lainnya