Direktur Utama BPDPKS, Eddy Abdurrachman, mengungkap delapan tantangan kritis yang dihadapi industri kelapa sawit dalam kuliah umum di Politeknik CWE.
April
14 Juni 2024Direktur Utama BPDPKS, Eddy Abdurrachman, mengungkap delapan tantangan kritis yang dihadapi industri kelapa sawit dalam kuliah umum di Politeknik CWE.
April
14 Juni 2024
Bekasi, HAISAWIT - Dalam kuliah umum bertema "Peran Generasi Muda Sawit Dalam Mendukung Sawit Berkelanjutan" yang diadakan oleh Politeknik Kelapa Sawit Citra Widya Edukasi (CWE), Kamis (13/62024), Direktur Utama BPDPKS, Eddy Abdurrachman, memaparkan delapan tantangan utama yang dihadapi oleh industri kelapa sawit.
Acara ini bertujuan untuk memberikan wawasan mendalam mengenai industri kelapa sawit yang berkelanjutan kepada para mahasiswa dan generasi muda.
Eddy Abdurrachman mengidentifikasi delapan tantangan utama yang harus diatasi untuk mengembangkan industri kelapa sawit yang berkelanjutan:
1. Produktivitas Rendah
Tantangan pertama yang dihadapi adalah produktivitas rendah di banyak perkebunan kelapa sawit, terutama yang dikelola oleh petani kecil. Meningkatkan produktivitas melalui peremajaan tanaman dan penggunaan teknologi modern menjadi prioritas.
2. Black Campaign
Kampanye negatif terhadap kelapa sawit, baik di dalam negeri maupun internasional, menjadi tantangan besar. Edukasi yang tepat dan komunikasi efektif diperlukan untuk mengatasi misinformasi dan memperbaiki citra sawit Indonesia.
3. Terindikasi Kawasan Hutan
Isu terkait perkebunan sawit yang berada di kawasan hutan turut menjadi sorotan. Penataan ulang izin dan sertifikasi lahan perlu dilakukan untuk memastikan bahwa perkebunan beroperasi sesuai dengan aturan yang berlaku.
4. Legalitas dan Perizinan
Masalah legalitas dan perizinan masih menjadi hambatan besar bagi petani dan pengusaha sawit. Penyederhanaan proses perizinan dan penegakan hukum yang konsisten diharapkan dapat mengurangi hambatan ini.
5. Gangguan Usaha dan Konflik
Gangguan usaha dan konflik lahan antara petani dan perusahaan sawit sering terjadi. Pendekatan mediasi dan penyelesaian konflik yang adil diharapkan dapat menciptakan iklim usaha yang lebih kondusif.
6. Hambatan Akses Pasar di Beberapa Negara Tujuan Ekspor
Beberapa negara tujuan ekspor memberlakukan hambatan perdagangan yang menyulitkan ekspor kelapa sawit Indonesia. Negosiasi perdagangan dan diplomasi internasional diperlukan untuk membuka akses pasar yang lebih luas.
7. Hilirisasi
Hilirisasi produk kelapa sawit menjadi tantangan penting untuk meningkatkan nilai tambah dan daya saing produk sawit Indonesia. Pembangunan industri pengolahan di dalam negeri perlu didorong lebih kuat.
8. Energi
Pemanfaatan kelapa sawit sebagai sumber energi terbarukan, seperti biodiesel, menghadapi tantangan teknis dan regulasi. Diperlukan dukungan penelitian dan kebijakan untuk mengembangkan potensi energi dari kelapa sawit.
Eddy Abdurrachman menekankan bahwa memahami dan mengatasi tantangan-tantangan ini adalah kunci untuk mengelola kelapa sawit secara berkelanjutan. “Hal ini tentunya menjadi acuan bagaimana cara mengelola sawit yang berkelanjutan,” ujar beliau.
Dengan pengetahuan ini, diharapkan generasi muda dapat berperan aktif dalam mendukung praktik kelapa sawit yang berkelanjutan, membantu mengatasi tantangan yang ada, dan memastikan masa depan industri sawit Indonesia yang lebih baik.