
Foto bersama seusai perjanjian Kerja sama antara PalmCo/PTPN IV dengan Koperasi Produsen Gerak Nusantara (KPGN), disaksikan Komisi VII DPR RI (Foto: Kemenperin)
Jakarta, HAISAWIT - Kementerian Perindustrian (Kemenperin) terus mengembangkan hilirisasi industri kelapa sawit di Indonesia. Salah satu langkah konkret yang diambil adalah dengan memfasilitasi pengembangan usaha gula merah dari nira sawit di Kabupaten Serdang Bedagai, Sumatera Utara. Hal ini sejalan dengan upaya meningkatkan nilai tambah produk kelapa sawit melalui berbagai inovasi industri.
Pada Kamis (10/04/2025), Kemenperin memfasilitasi penandatanganan Perjanjian Kerja Sama (PKS) antara PalmCo/PTPN IV dengan Koperasi Produsen Gerak Nusantara (KPGN) di Pabrik Kelapa Sawit Adolina. PKS tersebut merupakan bagian dari program hilirisasi kelapa sawit yang lebih luas.
“PKS tersebut merupakan dokumen operasional dari Nota Kesepahaman (MoU) yang telah ditandatangani sebelumnya oleh Kemenperin, PalmCo, dan KPGN. Penandatanganan PKS saat itu disaksikan oleh pimpinan dan anggota Komisi VII DPR RI sebagai bagian kegiatan Kunjungan Kerja Reses DPR RI ke wilayah Sumatera Utara,” ujar Direktur Jenderal Industri Agro Kemenperin, Putu Juli Ardika, dikutip dari laman RRI, Kamis (17/04/2025).
Kemenperin berkomitmen untuk meningkatkan hilirisasi produk kelapa sawit melalui lima jalur utama: minyak goreng sawit, oleofood, oleochemicals, fitonutrient, dan biomassa. Salah satu potensi yang digali adalah pemanfaatan nira sawit yang biasanya terabaikan selama masa replanting.
Nira sawit, yang dikenal memiliki kandungan gula yang tinggi, dapat diolah menjadi gula merah berkualitas. Hal ini memberikan peluang bagi petani untuk memperoleh nilai tambah dari sisa batang kelapa sawit yang biasanya tidak terpakai.
Menurut Putu, pemanfaatan nira sawit di daerah penghasil kelapa sawit, seperti Serdang Bedagai, terus menunjukkan perkembangan. Jumlah pengrajin nira sawit di daerah ini semakin meningkat, yang menunjukkan betapa besarnya potensi ekonomi dari produk ini.
“Untuk memastikan keberlangsungan usaha gula merah sawit pada skala industri kecil dan menengah (IKM), penting bagi petani untuk membangun sistem manajemen yang efisien,” ujar Putu.
Kemenperin juga menekankan pentingnya pelatihan dan pendampingan bagi petani agar mereka dapat mengelola usaha gula merah sawit secara lebih efektif. Program ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi, yang pada gilirannya akan memperkuat daya saing produk gula merah sawit.
“Langkah tersebut akan membantu petani dalam mengelola usaha mereka secara lebih efektif. Asalkan didukung oleh pelatihan dan pendampingan dari pengrajin berpengalaman. Ini merupakan langkah penting untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi,” lanjut Putu.
Selain itu, kemitraan antara petani dan pengrajin gula merah sawit juga menjadi kunci dalam membangun sistem manajemen yang efisien. Melalui kerja sama ini, petani dapat menyediakan bahan baku dari pohon sawit yang mereka tanam sendiri.
Melalui berbagai inisiatif ini, Kemenperin berusaha mengoptimalkan potensi nira sawit untuk memberikan dampak positif tidak hanya bagi petani, tetapi juga bagi perekonomian lokal dan nasional. Ke depan, diharapkan pengolahan nira sawit dapat meningkatkan kesejahteraan para pekebun.
“Data menunjukkan bahwa rata-rata jumlah nira yang dihasilkan mencapai 6,8 liter per batang per hari. Rincian produksi mencakup 2,7 liter di pagi hari dan 4,5 liter di sore hari, dengan masa penderesan berlangsung antara 1,5 hingga 2 bulan,” ungkap Putu.
Dengan proses pengolahan nira yang terkelola dengan baik, petani dapat memperoleh keuntungan yang signifikan. Jika pengolahan dilakukan sendiri, keuntungan bersih yang didapat bisa mencapai antara Rp18 juta hingga Rp25 juta per hektar.
Putu berharap bahwa program ini dapat menginspirasi lebih banyak petani untuk mengolah nira sawit menjadi produk bernilai tambah. Dengan dukungan pemerintah dan pelatihan yang tepat, usaha kecil dan menengah di sektor gula merah sawit dapat berkembang pesat.
“Inisiatif pengolahan nira dan pemanfaatan batang kelapa sawit ini diharapkan dapat memberikan dampak positif bagi perekonomian lokal dan nasional, hingga dapat meningkatkan kesejahteraan para pekebun,” tutup Putu.
Ke depan, program pengolahan nira sawit di Serdang Bedagai akan menjadi contoh bagi daerah lain di Indonesia. Hal ini menunjukkan bagaimana inovasi dalam industri kelapa sawit dapat memberikan manfaat yang lebih luas, tidak hanya untuk sektor perkebunan, tetapi juga untuk perekonomian rakyat.
Kegiatan ini menjadi bukti bahwa sektor kelapa sawit memiliki potensi besar untuk menciptakan lapangan kerja baru dan meningkatkan pendapatan masyarakat, terutama di daerah-daerah penghasil kelapa sawit.