Pemerintah Kutim berkolaborasi dengan PLN dan perusahaan sawit untuk memanfaatkan limbah sawit (POME) menjadi biogas, menghasilkan listrik terbarukan bagi desa-desa yang belum menikmati pasokan energi.
Arsad Ddin
7 Mei 2025Pemerintah Kutim berkolaborasi dengan PLN dan perusahaan sawit untuk memanfaatkan limbah sawit (POME) menjadi biogas, menghasilkan listrik terbarukan bagi desa-desa yang belum menikmati pasokan energi.
Arsad Ddin
7 Mei 2025Sangatta, HAISAWIT - Pemerintah Kabupaten Kutai Timur (Kutim) mulai memanfaatkan limbah cair kelapa sawit sebagai sumber listrik untuk desa-desa yang belum teraliri energi. Inisiatif ini membuka peluang baru dalam pengembangan energi terbarukan berbasis potensi lokal, sekaligus memperkuat prinsip ekonomi sirkular di wilayah penghasil sawit tersebut.
Langkah awal program ini ditandai melalui kegiatan sosialisasi dan diskusi bertajuk Pemanfaatan Limbah Sawit Menjadi Energi Baru dan Terbarukan yang melibatkan PLN, pelajar, mahasiswa, hingga pemerhati lingkungan. Acara ini diselenggarakan oleh Bagian Sumber Daya Alam (SDA) Sekretariat Kabupaten Kutim pada Selasa (06/05/2025).
Sebanyak 22 desa yang belum teraliri listrik akan menjadi sasaran utama. Limbah cair sawit (POME) diolah menjadi biogas untuk pembangkit.
Kepala Bagian Sumber Daya Alam (SDA) Kutim, Arif Nur Wahyuni, menjelaskan rencana ini menjadi peluang besar bagi Kutim. Daerah ini memiliki hampir sejuta hektare kebun sawit.
Menurut Arif, emisi gas rumah kaca bisa dikurangi jika limbah sawit dikelola dengan teknologi yang tepat. Salah satu caranya dengan biodigester untuk menangkap gas metana.
"Jika limbah cair ini tidak dikelola dengan baik, dampaknya besar terhadap atmosfer. Sementara pemerintah pusat kini membatasi energi fosil. Maka, masa depan adalah energi hijau, salah satunya biogas sawit," ujar Arif, dikutip dari laman Pro Kutip, Rabu (07/05/2025).
Selain manfaat lingkungan, inisiatif ini juga menjanjikan efisiensi ekonomi. Biogas bisa dimanfaatkan untuk menekan biaya listrik internal perusahaan.
Namun, sejumlah tantangan teknis masih membayangi pelaksanaan program ini. Salah satunya adalah keterbatasan teknologi dan sumber daya manusia.
"Volume limbah dan kandungan organiknya sangat tinggi, sementara tidak semua pabrik memiliki akses teknologi pengolahan yang baik. Investasinya besar, dan keterbatasan SDM masih jadi masalah utama," ujar Joko Pratomo, Manager Biogas dan Power Plant PT PMM.
Joko menambahkan, distribusi listrik ke PLN masih menghadapi kendala jaringan. Apalagi, tidak semua pabrik sawit berada dekat dengan jaringan nasional.
"Kalau energi dari biogas ingin dijual ke PLN, perlu jaringan listrik yang terhubung dan regulasi tarif yang mendukung. Sementara tidak semua pabrik dekat dengan jaringan nasional," ungkapnya dalam diskusi di Sangkulirang.
Pascaproses fermentasi biogas, limbah cair menyisakan lumpur atau sludge. Bahan ini berpotensi diolah menjadi pupuk, namun tetap memerlukan penanganan teknis yang sesuai.
Meski menghadapi tantangan, potensi pengembangan energi terbarukan di Kutim dinilai sangat besar. Inisiatif ini bisa menjadi acuan daerah lain dalam pengelolaan limbah sawit.
"Kita bisa menciptakan sistem produksi yang efisien dan minim limbah. Limbah cair bisa jadi listrik, bahan bakar, pupuk, bahkan air olahan. Ini akan meningkatkan daya saing produk sawit kita secara global," tutup Joko.
Langkah Kutim menunjukkan bahwa limbah industri bisa memiliki nilai tambah tinggi. Selama dikelola secara sistematis, potensi energi dari sawit dapat mendukung agenda transisi energi nasional.***