Pekerja Sawit Adalah Aset: GAPKI Dorong Sistem Ketenagakerjaan yang Adil & Inklusif

Dalam momen Hari Buruh, GAPKI menekankan pentingnya pekerja sebagai aset industri sawit dan memperkuat kolaborasi lintas lembaga untuk perbaikan kondisi kerja.

BERITA

Arsad Ddin

2 Mei 2025
Bagikan :

GAPKI dorong perlindungan hak pekerja sawit sebagai bagian dari ketahanan industri (Foto: Doc, GAPKI)

Jakarta, HAISAWIT – Dalam peringatan Hari Buruh Internasional, Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) mendorong penguatan sistem ketenagakerjaan yang adil dan inklusif di sektor sawit nasional. Industri ini dinilai perlu membangun fondasi relasi kerja yang menghargai hak pekerja sebagai bagian dari strategi memperkuat ketahanan industri.

Pekerja sawit dinilai sebagai aset penting yang menopang keberlangsungan rantai produksi di lapangan. GAPKI mengingatkan pentingnya peningkatan kesejahteraan, produktivitas, dan perlindungan dalam hubungan industrial.

Dikutip laman resmi GAPKI, Jumat (02/05/2025), perlindungan terhadap pekerja termasuk pemenuhan hak-hak dasar pekerja perempuan dan pencegahan pekerja anak menjadi bagian dari agenda prioritas. Hal ini dinilai krusial untuk menjaga keberlanjutan industri sawit dalam jangka panjang.

GAPKI mencatat bahwa selama delapan tahun terakhir pihaknya aktif bekerja sama dengan berbagai lembaga nasional dan internasional. Kerja sama tersebut diarahkan untuk memperbaiki kondisi ketenagakerjaan di sektor perkebunan sawit.

Beberapa mitra dalam kolaborasi itu antara lain ILO, JAPBUSI, CNV Internasional, BPJS Ketenagakerjaan, serta sejumlah kementerian terkait. GAPKI dan mitra menyelenggarakan program peningkatan kesadaran K3, pelatihan, dan dialog sosial untuk membangun relasi kerja yang sehat.

Melalui forum “Jaga Sawitan”, GAPKI bersama Jejaring Serikat Pekerja Buruh Sawit Indonesia mendorong penguatan kelembagaan ketenagakerjaan perusahaan. Forum ini menjadi ruang bersama untuk menyusun langkah konkret di lapangan.

GAPKI menyebut bahwa peningkatan produktivitas dan kesejahteraan perlu dijalankan secara seimbang. Produktivitas pekerja menjadi tantangan yang harus dijawab di tengah tren produksi sawit yang stagnan.

Di sisi lain, konsumsi domestik terhadap produk sawit seperti pangan, oleokimia, dan biodiesel terus meningkat. Kebutuhan untuk meningkatkan daya saing industri juga menjadi bagian dari tantangan jangka panjang.

Industri sawit nasional kini juga menghadapi tekanan dari kebijakan perdagangan global. Kebijakan diskriminatif dari Uni Eropa dan langkah proteksionis Amerika Serikat turut mempengaruhi stabilitas sektor ini.

Dalam konteks tersebut, GAPKI menilai penguatan kualitas tenaga kerja dan harmonisasi hubungan industrial sebagai bagian penting untuk menjaga daya tahan industri sawit nasional.***

Bagikan :

Artikel Lainnya