Presiden Prabowo menyebut kelapa sawit sebagai miracle crop yang dicari banyak negara. Di tengah tekanan tarif Trump, sawit tetap menjadi penopang ekonomi Indonesia.
Arsad Ddin
9 April 2025Presiden Prabowo menyebut kelapa sawit sebagai miracle crop yang dicari banyak negara. Di tengah tekanan tarif Trump, sawit tetap menjadi penopang ekonomi Indonesia.
Arsad Ddin
9 April 2025Jakarta, HAISAWIT – Presiden RI Prabowo Subianto menyebut kelapa sawit sebagai miracle crop yang memberikan nilai strategis besar bagi Indonesia dalam menjaga kedaulatan ekonomi.
Pernyataan ini disampaikan dalam Sarasehan Ekonomi bertajuk Memperkuat Daya Tahan Ekonomi Indonesia di Tengah Gelombang Tarif Perdagangan, yang digelar di Jakarta, Selasa (08/04/2025).
Presiden Prabowo menilai sawit telah menjadi komoditas unggulan yang dicari oleh berbagai negara di dunia.
Menurutnya, produk sawit Indonesia kini menjadi bagian penting dalam rantai pasok global, baik untuk industri pangan maupun energi.
"Pohon kelapa sawit yang sekarang menjadi bisa dikatakan miracle crop," ujar presiden prabowo.
Ia mengatakan, permintaan kelapa sawit dari luar negeri sangat tinggi dan menunjukkan posisi strategis Indonesia di sektor agribisnis.
"Saya ke mana-mana, semua nanya, semua minta kelapa sawit dari Indonesia, kelapa sawit dari Indonesia," ucapnya.
Prabowo juga menjelaskan bahwa kelapa sawit memerlukan perencanaan yang matang agar dapat memberikan hasil optimal.
"Kelapa sawit itu lima tahun baru produktif, lima tahun, enam tahun. Jadi, dibutuhkan perencanaan, pemilihan personalia, pelaksanaan yang benar dan keteguhan, ketabahan dan kesabaran," kata presiden parobo.
Kelapa sawit menjadi salah satu komoditas yang berkontribusi signifikan terhadap ekspor Indonesia di tengah tekanan global.
Dalam acara yang sama, Menteri Keuangan Sri Mulyani menyampaikan bahwa harga CPO mengalami perbaikan sepanjang kuartal awal 2025.
Menurutnya, tren positif harga CPO berdampak langsung pada penerimaan negara yang mengalami penguatan di sektor non-migas.
“Sementara CPO justru membaik, ini membuat penerimaan negara juga membaik,” ujar Sri Mulyani.
Di tengah diberlakukannya kebijakan tarif baru dari Amerika Serikat terhadap sejumlah negara, termasuk Indonesia, kinerja ekspor sawit tetap menunjukkan ketahanan.
Indonesia termasuk dalam daftar negara yang dikenai tarif Trump dengan angka sebesar 32 persen untuk produk yang masuk ke pasar AS.
Tarif tersebut berlaku untuk berbagai sektor, termasuk makanan, minuman, kopi, kendaraan, dan suku cadang.
Meski demikian, sawit tetap menjadi komoditas yang konsisten memberikan kontribusi dalam menjaga keseimbangan neraca perdagangan nasional.
Kondisi ini memperlihatkan pentingnya peran komoditas unggulan seperti CPO dalam menghadapi tekanan global akibat kebijakan dagang unilateral.
Sektor sawit masih menjadi tulang punggung devisa negara sekaligus sumber lapangan kerja di berbagai daerah sentra produksi di Indonesia.***