Lemhanas RI Gelar Diskusi Tentang Perhitungan Emisi Gas Rumah Kaca Sawit

Lemhanas RI fokus pada penghitungan emisi gas rumah kaca di industri sawit

BERITA

Arsad Ddin

11 Oktober 2024
Bagikan :


Pekanbaru, HAISAWIT – Lembaga Ketahanan Nasional Republik Indonesia (Lemhanas RI) menggelar Forum Group Discussion (FGD) bertajuk "Menentukan Platform Perhitungan Emisi Gas Rumah Kaca Industri Kelapa Sawit Indonesia Yang Terpercaya dan Diakui di Tingkat Nasional dan Internasional". 

Acara ini berlangsung di Hotel Arya Duta Pekanbaru dan dihadiri oleh berbagai pemangku kepentingan dari sektor perkebunan dan lingkungan hidup. Diskusi tersebut dipimpin oleh Deputi Pengkajian Strategik Lemhanas, Reni Mayerni, yang mewakili Plt. Gubernur Lemhanas RI. 

Diketahui bahwa forum ini merupakan langkah penting untuk menentukan platform penghitungan emisi yang konsisten di sektor minyak sawit Indonesia. 

"Dengan volume Crude Palm Oil (CPO) yang diekspor tahun 2023 ada 30.380 kilo ton atau senilai 25.070 juta US$ sesuai dengan data BPS," ujar Reni saat memberikan sambutan, seperti dilihat dalam laman resmi Pemprov Riau, Rabu (09/10/2024).

Reni juga menekankan pentingnya memastikan agar penghitungan emisi gas rumah kaca dilakukan dengan platform yang tepat dan akurat, sehingga dapat diterima di tingkat nasional maupun internasional. Platform ini akan membantu memperkuat posisi Indonesia di pasar global minyak sawit yang sering dikaitkan dengan isu lingkungan.

Bandung Sahari, dari bidang Sustainability GAPKI, turut menyoroti pentingnya penentuan platform penghitungan emisi yang lebih seragam. 

"Tapi perhitungannya masih beda-beda, walaupun katanya memakai dasar yang sama. Untuk itu harus kita tentukan, apa yang akan kita pakai, mana yang paling tepat sesuai datanya agar perhitungannya sesuai secara keseluruhan," ujarnya.

Lebih lanjut, Bandung menjelaskan bahwa institusi seperti RSPO, ISCC, dan GHG Protocol telah merilis platform penghitungan emisi, namun masih ada perbedaan dalam implementasinya. Meskipun menggunakan dasar yang sama, hasil perhitungannya masih berbeda. Ini menunjukkan perlunya kesepakatan mengenai platform mana yang paling sesuai untuk diterapkan di Indonesia.

FGD ini juga menjadi wadah bagi para ahli dan pemangku kepentingan untuk berdiskusi mengenai solusi teknis yang dapat diterapkan. Dengan perhitungan emisi yang lebih akurat, diharapkan perkebunan kelapa sawit dapat berkontribusi lebih besar dalam menekan emisi gas rumah kaca dan mendukung keberlanjutan sektor tersebut.

Acara ini dihadiri oleh berbagai narasumber, termasuk Plt. Kadis LHK Provinsi Riau Alwamen, Guru Besar Universitas Riau Prof. Dr. Suwondo, M.Si., serta perwakilan dari Asosiasi Petani Kelapa Sawit Perkebunan Inti Rakyat (ASPEK-PIR) dan Polda Riau.***


Bagikan :

Artikel Lainnya