Petani Sawit Diperkenalkan Alat Deteksi Kematangan Buah, Bisa Naikkan Pendapatan

BPDPKS dan AII memperkenalkan teknologi praktis bagi petani sawit, salah satunya alat deteksi buah matang. Kegiatan diseminasi ini digelar di Kampar dan akan berlanjut ke dua provinsi lainnya.

BERITA

Arsad Ddin

7 Mei 2025
Bagikan :

Direktur Penyaluran Dana BPDP Mohammad Alfansyah saat memberikan keynote speech pada acara Diseminasi Teknologi Hasil GRS di Kampar, Riau, Selasa (30/4). (Dok. BPDP)

Kampar, HAISAWIT – Petani kelapa sawit di Riau mulai dikenalkan teknologi baru berupa alat pendeteksi kematangan buah. Alat ini diyakini mampu meningkatkan mutu panen dan mencegah kerugian dari potongan harga di pabrik.

Pengenalan alat dilakukan dalam kegiatan Diseminasi Teknologi Hasil Grant Riset Sawit (GRS) yang aplikatif bagi peningkatan produktivitas petani. Kegiatan berlangsung di Hotel Labersa, Kampar, Rabu (30/04/2025).

Acara ini diikuti 52 peserta yang terdiri dari petani dan pelaku UMKM kelapa sawit. Kegiatan merupakan kerja sama antara Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) dengan Asosiasi Inventor Indonesia (AII).

Direktur Penyaluran Dana BPDP, Mohammad Alfansyah, menjelaskan bahwa kegiatan ini bertujuan membawa hasil riset langsung ke pengguna utama, yaitu petani.

“Kerjasama dengan AII ini diharapkan agar teknologi yang ditemukan dapat diaplikasikan dan dimanfaatkan bagi para petani kelapa sawit sebagai penggunanya,” ujar Mohammad Alfansyah, dikutip laman BPDP, Rabu (07/05/2025).

Selain alat deteksi kematangan buah, teknologi lain juga diperkenalkan seperti aplikasi android penyuluh sawit dan fungisida nabati untuk penyakit Ganoderma.

Alat deteksi buah sawit dirancang untuk membantu petani menentukan waktu panen yang tepat. Hal ini menghindari kerugian akibat panen terlalu dini atau terlambat.

Aplikasi digital yang diperkenalkan juga berisi panduan budidaya kelapa sawit. Dengan teknologi ini, petani bisa berkonsultasi mandiri dalam pengelolaan kebun.

Teknologi pengendalian Ganoderma juga disampaikan dalam kegiatan ini. Pendekatannya menggunakan bahan nabati yang bisa diterapkan langsung oleh petani.

Ketua Umum AII, Prof. (Ris) Didiek Hadjar Goenadi, menyampaikan alasan diseminasi dilakukan karena masih ada kesenjangan antara hasil riset dan penerapan di lapangan.

“Masih diharapkan penyampaian langsung teknologi yang bermanfaat bagi petani, semoga dengan dukungan BPDP, AII dapat melakukan kegiatan diseminasi ini pada tiga provinsi, yaitu Riau, Sumatera Utara, dan Kalimantan Selatan. Harapannya agar melalui kegiatan ini teknologi-teknologi yang aplikatif untuk petani khususnya dalam rangka meningkatkan produktivitas dapat dimanfaatkan para petani atau UMKM kelapa sawit,” katanya.

Diseminasi ini akan dilanjutkan ke dua provinsi lainnya. Setelah Riau, kegiatan serupa dijadwalkan di Sumatera Utara pada Juni dan Kalimantan Selatan pada Agustus 2025.

Teknologi yang diperkenalkan dalam diseminasi kali ini merupakan hasil dari program riset yang dananya berasal dari kontribusi industri sawit, termasuk petani. BPDPKS menyalurkan dana tersebut untuk kegiatan riset dan pengembangan kapasitas SDM sawit.

Dalam kegiatan itu, para peserta mendapat penjelasan langsung dari peneliti dan inventor. Salah satunya adalah tim dari Universitas Andalas yang menciptakan alat pendeteksi kematangan buah sawit.***

Bagikan :

Artikel Lainnya