Sinar Mas dan CIRAD memperpanjang kemitraan riset sawit berkelanjutan dalam Forum Indonesia–Prancis 2025. Kolaborasi ini fokus pada adaptasi iklim, efisiensi lahan, dan dukungan bagi petani mandiri.
Arsad Ddin
30 Mei 2025Sinar Mas dan CIRAD memperpanjang kemitraan riset sawit berkelanjutan dalam Forum Indonesia–Prancis 2025. Kolaborasi ini fokus pada adaptasi iklim, efisiensi lahan, dan dukungan bagi petani mandiri.
Arsad Ddin
30 Mei 2025Jakarta, HAISAWIT – Sinar Mas Agribusiness and Food bersama CIRAD resmi memperpanjang kemitraan ilmiah dalam pengembangan minyak sawit berkelanjutan melalui penandatanganan nota kesepahaman (MoU), Jumat (29/05/2025).
Perjanjian ditandatangani di Jakarta dalam rangkaian acara Indonesia–France Business Forum 2025 yang digelar di sela kunjungan Presiden Prancis Emmanuel Macron ke Indonesia.
Kerja sama ini menjadi kelanjutan dari kolaborasi riset yang telah berlangsung sejak tahun 1996 antara CIRAD dan SMART Research Institute (SMARTRI).
Fokus riset meliputi peningkatan produktivitas sawit, adaptasi terhadap perubahan iklim, serta efisiensi pengelolaan lahan dan lingkungan.
Hingga saat ini, kedua pihak telah menginvestasikan dana bersama senilai hampir Rp550 miliar untuk mendukung berbagai inisiatif penelitian dan pengembangan.
Dalam acara penandatanganan tersebut, hadir Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto dan Menteri Ekonomi Prancis Eric Lombard.
Kolaborasi ini juga mendukung pendekatan berbasis agroforestri dan pengembangan metode budidaya yang ramah iklim untuk sektor sawit Indonesia.
Direktur Utama Sinar Mas Agribusiness and Food, The Biao Leng, menjelaskan peran strategis kemitraan dengan CIRAD dalam konteks riset lapangan.
“Kemitraan kami dengan CIRAD menyatukan keahlian ilmiah global dan riset lapangan yang relevan dengan kondisi sawit di Indonesia,” ujar The Biao Leng.
Ia menambahkan bahwa pendekatan tersebut mampu menghasilkan solusi nyata yang dapat diterapkan oleh pelaku industri dan petani sawit.
“Ini memungkinkan kami mengembangkan solusi inovatif yang praktis dan dapat diterapkan secara luas—tidak hanya untuk perkebunan kami, tetapi juga untuk para petani mandiri di seluruh Indonesia,” ujar The Biao Leng.
Sementara itu, CIRAD Regional Director for Southeast Asia Island Countries, Jean-Marc Roda, menyampaikan pentingnya kolaborasi ini dalam menjawab tantangan global.
“Kolaborasi kami dengan SMAF menunjukkan bagaimana kemitraan internasional dapat menggabungkan ketelitian ilmiah dengan hasil nyata di lapangan,” ujar Jean-Marc Roda.
Kolaborasi ini juga mendukung berbagai proyek riset internasional yang relevan dengan tantangan sektor kelapa sawit saat ini.
“Ini memungkinkan kami menjawab tantangan-tantangan utama keberlanjutan, seperti ketahanan iklim, efisiensi tata guna lahan, dan inklusi petani kecil,” tambahnya.
Diketahui, sejak awal kemitraan SMAF dan CIRAD juga mendukung kegiatan konferensi internasional seperti ICOPE yang turut digagas bersama WWF Indonesia.
Selain itu, kerja sama ini berkontribusi pada proyek riset internasional, termasuk Sustainable Palm Oil Production (SPOP) dan Konsorsium Oil Palm Genome Projects (OPGP).
Dalam konferensi ICOPE Februari 2025 lalu, sejumlah ilmuwan dunia dan akademisi muda mempresentasikan riset tentang iklim, lingkungan, dan biodiversitas sawit.
Kerja sama yang diperpanjang ini akan memperluas cakupan riset, termasuk simulasi dampak perubahan iklim terhadap performa tanaman sawit.
Kolaborasi ini juga diarahkan untuk memperkuat perlindungan petani sawit dari risiko iklim melalui pendekatan ilmiah yang berbasis data dan lapangan.***