Program YCP Dukung 4.000 Perempuan Sawit Muba Bangkit Lewat Usaha dan Advokasi Sosial

Sebanyak 4.000 perempuan sawit di Musi Banyuasin terlibat dalam program YCP untuk mendirikan kelompok usaha, mengelola tabungan mandiri, dan berperan dalam kegiatan advokasi sosial di tingkat komunitas.

BERITA

Arsad Ddin

27 Juni 2025
Bagikan :

Kelompok perempuan sawit Musi Banyuasin membagikan kisah sukses dalam mengelola usaha komunitas dan tabungan mandiri saat Diskusi Teras di Palembang, Kamis (26/06/2025). (Foto: RRI/Rian Apridhani).

Palembang, HAISAWIT – Pemberdayaan perempuan di kawasan perkebunan kelapa sawit mulai menunjukkan hasil di Kabupaten Musi Banyuasin, Sumatera Selatan. Program dari Yayasan CARE Peduli (YCP) menjadi penggerak utamanya.

Program bertajuk Resilience Building for Women in Palm Oil Communities ini dijalankan dengan dukungan Cargill Tropical Palm Holdings. Lokasi kegiatannya meliputi tiga kecamatan, yaitu Keluang, Sungai Lilin, dan Tungkal Jaya.

Selama hampir tiga tahun pelaksanaan, program ini telah menjangkau lebih dari 4.000 perempuan. Salah satu hasil konkret adalah terbentuknya 13 Kelompok Usaha Ekonomi Perempuan (KUEP) di wilayah tersebut.

Salah satu kelompok yang berkembang pesat berada di Desa Tegal Mulyo, Kecamatan Keluang. Sekretaris KUEP setempat menceritakan perkembangan yang dicapai oleh komunitasnya.

“Tahun pertama kami mulai dengan modal Rp50 juta, sekarang sudah terkumpul tabungan sebesar Rp230 juta dengan pinjaman bergulir Rp223 juta. Dana itu dimanfaatkan untuk usaha dan juga kebutuhan sosial anggota,” ujar Rifa, dikutip dari rri.co.id, Jumat (27/06/2025).

Kelompok-kelompok tersebut menjalankan usaha simpan pinjam, peternakan, hingga produksi olahan berbasis pelepah sawit. Selain memberikan pendapatan tambahan, kegiatan ini juga membantu keberlangsungan ekonomi rumah tangga pekebun.

Di sisi lain, program YCP turut membekali peserta dengan pelatihan terkait kesetaraan gender dan penanganan kekerasan berbasis gender. Salah seorang pendamping komunitas di Kelurahan Sungai Lilin membagikan pengalamannya.

“Dulu kami hanya bisa mendamaikan di tempat. Sekarang kami tahu alur pendampingan dan bisa membantu korban hingga ke proses hukum. Alhamdulillah, sekarang perempuan lebih berani melapor dan kasus KDRT berkurang,” ujar Herawati, dikutip dari rri.co.id, Jumat (27/06/2025).

Pelatihan yang telah dijalankan antara lain diskusi kelompok, pelatihan penganggaran desa, serta sosialisasi penguatan kapasitas perempuan untuk ikut dalam pengambilan keputusan tingkat desa.

Abdul Wahib Situmorang dari YCP menjelaskan bahwa keterlibatan perempuan sangat penting, terutama dalam masa peremajaan kebun sawit yang berdampak pada penghasilan rumah tangga.

“Selama peremajaan sawit, pendapatan rumah tangga bisa menurun. Perempuan perlu dilibatkan agar bisa mengisi celah ekonomi ini dan juga menyuarakan aspirasinya dalam pembangunan desa,” ujar Abdul Wahib.

Sejauh ini, pendekatan yang diterapkan dalam program ini menggunakan metode Village Savings and Loan Association (VSLA). Pendekatan ini menggabungkan tabungan mikro dan pelatihan keterampilan dalam satu paket kegiatan komunitas.

Dikethaui, pelaksanaan proyek tersebut turut melibatkan pelatihan untuk ratusan peserta dari kalangan perempuan dan laki-laki. Dari sisi implementasi, kegiatan ini menjadi bagian dari upaya peningkatan kapasitas warga dalam mengelola tantangan sosial dan ekonomi selama proses peremajaan kebun berlangsung.***

Bagikan :

Artikel Lainnya