-
April
27 Mei 2024-
April
27 Mei 2024Jakarta - Menteri Koperasi dan UKM (MenKopUKM) Teten Masduki menekankan pentingnya mengubah pola pikir pelaku usaha mikro dari sekadar bertahan hidup menjadi wirausaha yang bermental kuat dan ingin terus maju. “Masalah utama adalah pola pikir usaha mikro yang merasa sudah cukup karena awalnya berbisnis hanya untuk menghidupi keluarga,” kata Teten Masduki pada acara Meet Up Forum Pendampingan Usaha Mikro Mandiri di Kota Bogor, Jawa Barat, Rabu (22/5).
Menteri Teten mengakui, pelaku usaha mikro menghadapi kendala dalam akses pasar, bahan baku, hingga teknologi. “Program pendampingan usaha mikro dari hulu hingga hilir harus terus dilanjutkan dan diperkuat,” ujarnya. Beliau melihat banyak peluang bagi usaha mikro untuk berkembang, seperti yang terjadi di Jepang dengan produk oleh-oleh berkemasan cantik. “Peluang produk usaha mikro ada di toko oleh-oleh. Maka, kemasan produk harus berkonsep gift atau kado, seperti di Jepang,” tambahnya.
Menurut Menteri Teten, program pendampingan ini harus diperkaya dengan strategi terintegrasi ke depan. “Kedepankan kolaborasi dan sinergi dengan stakeholder dan komunitas kreatif UMKM. Contohnya, kerja sama yang akan diluncurkan bersama ITB dan UGM. Program inkubasi seperti ini sudah tepat,” kata Menteri Teten. Beliau berharap UMKM berbasis kewirausahaan akan menumbuhkan ekonomi baru di berbagai subsektor, seperti jasa dan digital (games, aplikasi, film, musik, dan fotografi).
Sementara itu, Deputi Bidang Usaha Mikro KemenKopUKM Yulius menjelaskan, program Pendampingan Usaha Mikro Mandiri bertujuan memberikan akses dan ruang bagi pelaku usaha mikro untuk meningkatkan keterampilan dan kemampuan kewirausahaan serta manajerialnya. Ini termasuk akses sertifikasi produk (Sertifikasi Halal, SPP-PIRT, dan HKI) dan akses ke perbankan serta lembaga keuangan lainnya.
Selain itu, program ini juga menyediakan media showcase produk unggulan dan jejaring pasar bagi peserta. “Dan yang ketiga, meningkatkan komitmen dan sinergi berbagai pihak dalam program pendampingan berkelanjutan bagi pelaku usaha mikro,” kata Yulius. Tahun ini, pihaknya akan menggandeng ITB dan UGM untuk melanjutkan program tersebut. “Kami berharap ekosistem pendampingan usaha mikro semakin kuat dan berkembang untuk menumbuhkan ekonomi baru dan meningkatkan kelas usaha mikro yang lebih mandiri dan berkelanjutan,” tambah Yulius.
Terkait capaian program ini pada 2023, 36 persen peserta mengalami kenaikan omzet, 28 persen naik aset, dan 23 persen bertambah tenaga kerjanya. “Selain itu, program ini juga menghubungkan peserta dengan akses pemasaran ke agregator seperti Evermos, Transmart, Yomart, Krisna, dan Hamzah Batik,” pungkas Yulius.