Industri Sawit Sumbang Rp88 Triliun ke APBN, Hilirisasi Jadi Kunci

Hilirisasi sawit dorong inovasi produk dan peningkatan ekonomi

BERITA

Arsad Ddin

11 September 2024
Bagikan :

Foto: kemenkeu.go.id

Jakarta, HAISAWIT - Industri kelapa sawit terus memberikan kontribusi besar bagi perekonomian Indonesia. Pada tahun 2023, sektor ini tercatat menyumbang Rp88 triliun ke Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), dengan rincian penerimaan dari sektor pajak, Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP), dan Bea Keluar.

Hilirisasi menjadi kunci utama dalam meningkatkan nilai tambah industri sawit dan memperkuat perekonomian nasional. Kementerian Keuangan dalam laman resminya, Selasa (10/09/2024), menyebutkan bahwa penerimaan sebesar Rp88 triliun terdiri dari pajak sebesar Rp50,2 triliun, PNBP Rp32,4 triliun, dan Bea Keluar Rp6,1 triliun.

Kebijakan hilirisasi yang mendorong pemanfaatan sawit hingga ke produk turunannya dianggap berhasil meningkatkan kontribusi sektor ini terhadap pendapatan negara.

"Sektor kelapa sawit, itu mensupport banyak industri selanjutnya. Ada peningkatan nilai tambah dalam perekonomian," ujarnya, seperti dilihat dari laman resmi Kemenkeu, Jumat (10/09/2024).

Hilirisasi sawit, dengan berbagai produk turunan seperti kosmetik, biodesel, dan fatty acid, telah memperluas pasar dan meningkatkan daya saing global. Dalam upaya mendorong hilirisasi, pemerintah juga memanfaatkan pungutan Bea Keluar untuk memperkuat kebijakan ini.

“Untuk pungutan Bea Keluar itu memang kita gunakan untuk dalam rangka hilirisasi. Mendorong agar semakin hilir produk yang dihasilkan itu semakin kita bisa memperoleh manfaat,” ujar Nursidik Istiawan, Analis Pusat Kebijakan Pendapatan Negara, dalam sebuah diskusi di Belitung, Agustus 2024.

Selain dukungan kebijakan fiskal, riset dan inovasi juga menjadi pilar penting dalam pengembangan hilirisasi sawit. Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) berperan aktif dalam mendukung program riset terkait sawit, khususnya untuk pengembangan biodesel.

“Kami melaksanakan riset yang terkait dengan program hilir dan pengembangan konversi sawit menjadi biodesel. Bagaimana nantinya sawit betul-betul 100% untuk membantu mendukung energi baru terbarukan,” jelas Kabul Wijayanto, Direktur Perencanaan dan Pengelolaan Dana BPDPKS.

Kebijakan hilirisasi diharapkan tidak hanya meningkatkan nilai tambah produk sawit, tetapi juga memberikan dampak positif pada kesejahteraan petani dan tenaga kerja yang terlibat di sektor ini. Dengan kontribusi besar pada APBN dan dukungan terhadap energi terbarukan, hilirisasi sawit menjadi salah satu kunci penting dalam perekonomian Indonesia ke depan.***

Bagikan :

Artikel Lainnya