Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) meluncurkan tiga teknologi terapan untuk kebun sawit, mulai dari robot deteksi penyakit Ganoderma, egrek digital, hingga gerobak listrik berbasis tenaga surya.
Arsad Ddin
24 Juni 2025Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) meluncurkan tiga teknologi terapan untuk kebun sawit, mulai dari robot deteksi penyakit Ganoderma, egrek digital, hingga gerobak listrik berbasis tenaga surya.
Arsad Ddin
24 Juni 2025Surabaya, HAISAWIT – Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) meluncurkan tiga inovasi teknologi yang ditujukan untuk membantu petani sawit dalam meningkatkan produktivitas dan efisiensi kerja di lapangan.
Inovasi tersebut merupakan bagian dari program Grand Riset Sawit (GRS) tahun 2023 yang didanai oleh Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS). Program ini mendukung penelitian dari hulu ke hilir dalam pengelolaan sawit.
Salah satu inovasi yang dikembangkan adalah robot cerdas bernama iFovib-G. Alat ini dirancang untuk mendeteksi penyakit Ganoderma boninense pada tanaman sawit sejak tahap awal sebelum gejala muncul secara fisik.
Ketua tim peneliti Dr rer nat Ir Maya Shovitri menyampaikan bahwa alat tersebut memanfaatkan teknologi foton dan getaran sebagai sistem utama dalam proses deteksinya.
“Deteksi dilakukan bahkan sebelum gejala terlihat di permukaan batang, sehingga tindakan pencegahan dapat segera diambil,” ujar Maya Shovitri, dikutip dari laman resmi ITS, Selasa (24/06/2025).
Selain iFovib-G, tim dari Departemen Teknik Sistem dan Industri ITS juga menciptakan alat bantu panen bernama Egrek Merah Putih. Alat ini dilengkapi sensor sudut dan sistem bantu potong otomatis.
Tak hanya itu, alat tersebut juga dibekali kamera pendeteksi kematangan buah berbasis machine learning. Fitur ini membantu memastikan hanya buah matang yang dipanen, sehingga menekan potensi kerugian.
Tim ITS lainnya menghadirkan inovasi bernama Electric Wheelbarrow, yakni gerobak angkut listrik untuk membantu distribusi tandan buah segar (TBS) sawit di lapangan. Alat ini dirancang agar mudah digunakan di lahan sempit.
Gerobak listrik ini memiliki sistem dua roda depan dengan differential axle, yang memungkinkan alat bermanuver di medan sempit dan menanjak. Energi geraknya disuplai dari tenaga listrik.
“Gerobak ini juga dapat di-charge menggunakan solar panel dan memiliki jarak tempuh hingga 10 kilometer per pengisian,” ujar Dr Lila Yuwana dari Departemen Fisika ITS.
Semua teknologi tersebut telah diuji langsung di Kalimantan Selatan dan Kota Surabaya. Uji coba dilakukan untuk menilai efektivitas alat saat digunakan oleh petani sawit di berbagai kondisi lahan.
Respons petani terhadap ketiga alat tersebut dinyatakan positif. Mereka merasakan manfaat berupa peningkatan efisiensi kerja dan berkurangnya kelelahan fisik selama beraktivitas di kebun sawit.
Produk inovasi tersebut saat ini sedang disiapkan untuk masuk tahap komersialisasi. Proses ini dilakukan bekerja sama dengan Asosiasi Inventor Indonesia (AII) setelah masa riset selesai pada tahun 2025.
Inisiatif pengembangan alat ini merupakan hasil kolaborasi antara ITS dan BPDPKS. Dukungan pendanaan GRS memberikan peluang bagi perguruan tinggi untuk menghasilkan riset terapan yang langsung bersentuhan dengan kebutuhan sektor sawit.
Diketahui skema riset yang diterapkan bersifat multi-year dan mencakup berbagai aspek penting pengelolaan sawit, mulai dari pendeteksian penyakit hingga efisiensi pemanenan dan distribusi hasil panen.***