Komisi VII DPR RI Dorong Peremajaan Kebun Kelapa Sawit untuk Sukseskan Program B50

Replanting dan teknologi ramah lingkungan diperlukan guna mendukung program B50

BERITA

Arsad Ddin

24 September 2024
Bagikan :

Wakil Ketua Komisi VII DPR RI, Maman Abdurrahman saat bertukar cenderamata usai pertemuan Kunjungan Kerja Spesifik Komisi VII di Pontianak/foto:parlementaria

Pontianak, HAISAWIT - Komisi VII DPR RI menyampaikan apresiasi terhadap upaya pemerintah dalam mengembangkan biodiesel B50, sebuah inisiatif yang diharapkan mampu meningkatkan penggunaan minyak sawit dalam bahan bakar hingga 50 persen. Untuk mencapai target tersebut, Komisi VII menekankan pentingnya melakukan peremajaan (replanting) sawit secara cepat dan tepat.

Seperti diberitakan dalam laman resmi DPR RI, Sabtu (21/09/2024), replanting menjadi salah satu solusi utama dalam meningkatkan produktivitas kelapa sawit, yang sangat dibutuhkan untuk menyukseskan program B50.

“Salah satu visi besar dan misi besar Pak Prabowo pada saat beliau nanti menjadi presiden, dilantik pasca tanggal 20 Oktober yaitu menaikkan dari B30 menjadi B40 dan B50. Salah satu solusinya adalah penanaman ulang (replanting). Karena kita nggak akan mungkin menuju ke B40 (atau) B50, (kalau) kita (tidak) mau mengubah ini menjadi produk turunan ini, kalau (kebijakan) di hulunya susah,” ujar Maman Abdurrahman, Wakil Ketua Komisi VII DPR RI, seperti diberitakan dari laman resmi DPR RI, Sabtu (21/09/2024).

Selain itu, Maman juga menyoroti pentingnya menjaga tata kelola kebun sawit agar Indonesia tetap menjadi produsen kelapa sawit terbesar di dunia.

“Nah kita menjaga ini kelapa sawit. Indonesia adalah produsen kelapa sawit nomor 1 di dunia, tapi jangan sampai gara-gara kita salah tata kelola, kita menjadi importir kelapa sawit juga. Jadi ini kita jaga nih mumpung belum kejadian, kita cegah dari sekarang. Kita antisipasi bagaimana caranya agar tanam ulang ini bisa segera dilanjutkan,” jelas Politisi Fraksi Partai Golkar ini.

Lebih lanjut, ia menambahkan bahwa selain replanting, penggunaan teknologi ramah lingkungan juga menjadi hal yang tak kalah penting dalam mewujudkan program B50.

“Saya meyakini itu menjadi kewajiban bagi setiap pihak, baik itu pengusaha dan juga teman-teman petani, untuk mendorong. Dari yang tadinya metode konvensional menjadi mekanisasi. Jadi ke arah teknologi ramah lingkungan. Alhamdulillah Pak Jokowi mampu mencari solusinya dengan mendorong B30, maka selanjutnya perlu dilanjutkan untuk menuju B50,” tutupnya.

Komisi VII berharap program peremajaan sawit dan pengembangan teknologi tersebut dapat segera dijalankan guna mendukung keberhasilan program biodiesel B50 serta menjaga ketahanan industri sawit nasional.***

Bagikan :

Artikel Lainnya