Proyeksi peningkatan permintaan minyak sawit pada 2045 dan langkah-langkah yang perlu diambil untuk memastikan produksi mencukupi
April
23 Juni 2024Proyeksi peningkatan permintaan minyak sawit pada 2045 dan langkah-langkah yang perlu diambil untuk memastikan produksi mencukupi
April
23 Juni 2024Jakarta, HAISAWIT – Permintaan minyak sawit di Indonesia diprediksi akan mengalami lonjakan signifikan pada tahun 2045.
Kebutuhan domestik untuk minyak sawit diperkirakan mencapai 22,4 hingga 40,12 juta ton, melonjak drastis dari 10,64 juta ton pada 2023.
Proyeksi ini menuntut produksi minyak sawit nasional mencapai 86,51 juta ton pada 2045, dibandingkan dengan 50,06 juta ton pada 2023. Untuk mewujudkan target tersebut, diperlukan replanting atau peremajaan sawit seluas 120 ribu hektare (ha) setiap tahunnya mulai 2025.
Dilansir gapki.id, Minggu (23/6/2024), Direktur Perencanaan dan Pengelolaan Dana Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS), Kabul Wijayanto, menyatakan bahwa peningkatan permintaan ini harus diimbangi dengan peningkatan produksi.
Berdasarkan data dari BPDPKS yang diolah dari berbagai asosiasi hulu-hilir sawit, permintaan ekspor pada 2045 diperkirakan mencapai 33,19 juta ton.
"Kebutuhan domestik untuk pangan diproyeksikan mencapai 15,34 juta ton, energi (biodiesel) 22,4 juta ton (B35) dan bisa meningkat menjadi 40,12 juta ton jika kita beralih ke B100, serta oleokimia 10,68 juta ton," ujar Kabul seperti dilihat dalam rilis GAPKI.ID, Minggu (19/6/2024).
"Total kebutuhan minyak sawit nasional pada 2045 diperkirakan mencapai 81,61 juta ton, sehingga produksi harus mencapai 86,51 juta ton. Angka ini bisa dicapai dengan replanting tiap tahun seluas 120 ribu ha mulai 2025. Jika tidak, produksi bisa turun menjadi 44 juta ton, bahkan lebih rendah dari saat ini," lanjutnya.
Pemerintah telah mengambil langkah-langkah strategis dengan menggeber program Peremajaan Sawit Rakyat (PSR) yang didanai oleh pungutan ekspor sawit yang dihimpun oleh BPDPKS. Program ini bertujuan untuk meningkatkan produktivitas sehingga produksi sawit dapat meningkat dan memenuhi permintaan yang semakin besar.
"Peningkatan produktivitas dilakukan melalui PSR. Kami menargetkan replanting seluas 120 ribu ha di 2024, namun realisasi tertinggi yang pernah dicapai sejak BPDPKS berdiri adalah 97 ribu ha," jelas Kabul.
Selain itu, penting untuk memastikan bahwa produksi minyak sawit tidak hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan domestik tetapi juga untuk mempertahankan dan meningkatkan ekspor. Permintaan global terhadap minyak sawit Indonesia terus meningkat, dan ini merupakan peluang besar bagi perekonomian nasional.
Namun, tantangan tetap ada. Proses replanting harus dilakukan dengan hati-hati untuk menghindari dampak negatif terhadap lingkungan dan masyarakat setempat. Pemerintah dan BPDPKS harus bekerja sama dengan petani dan perusahaan untuk memastikan bahwa praktik terbaik diterapkan dalam seluruh proses produksi.
Menakar keseimbangan antara produksi dan kebutuhan minyak sawit nasional pada 2045 adalah langkah penting untuk memastikan keberlanjutan industri ini. Dengan strategi yang tepat dan kerja sama semua pihak, Indonesia dapat mencapai target produksi yang tinggi dan memenuhi permintaan baik di pasar domestik maupun internasional.***