-
April
22 Februari 2024-
April
22 Februari 2024Jakarta - Permintaan minyak sawit mentah (CPO) diperkirakan meningkat karena penerbangan dari Singapura diharuskan menggunakan bahan bakar berkelanjutan (biofuel) mulai tahun 2026.
Inisiatif biofuel adalah bagian dari rencana pengurangan karbon yang dikembangkan oleh Otoritas Penerbangan Sipil Singapura (CAAS).
Awalnya, pemerintah Singapura bertujuan untuk meningkatkan penggunaan bahan bakar berkelanjutan sebesar 1 persen pada tahun 2026. Target ini kemudian akan meningkat menjadi 3-5% pada tahun 2030 tergantung pada perkembangan global dan kondisi pasokan bahan bakar.
Chee Hong Tat Menteri Transportasi Singapura mengatakan dampak kebijakan ini akan meningkatkan permintaan produsen bahan bakar berkelanjutan.
“Hal ini akan memberikan sinyal permintaan yang penting kepada produsen bahan bakar dan memberi mereka insentif untuk berinvestasi pada fasilitas produksi baru (bahan bakar penerbangan berkelanjutan)” kata Chee Hong Tat pada Senin, 19 Februari 2024 di Changi Aviation Summit dikutip dari Channel News Asia.
Bicara mengenai bahan bakar berkelanjutan dan produsen biofuel tidak lepas dari peran minyak sawit. Alasannya, CPO digunakan sebagai biofuel. Kilang Pertamina merupakan salah satu yang memproduksi Bioavtur yang berasal dari Indonesia. Biofuel ini merupakan campuran bahan bakar avtur dan 2,4% minyak sawit.
Industri Bioavtur telah berkembang dalam beberapa tahun terakhir di Amerika Serikat (AS), Kanada, dan negara-negara di Eropa. Beberapa teknologi mesin pesawat saat ini sudah bisa menggabungkan bioenergi hingga sekitar 50% dari total komposisi bahan bakar. Artinya, perbandingan campuran Bio-Avtur dan bahan bakar penerbangan konvensional dari bahan bakar fosil adalah 50:50.
Dengan demikian, diharapkan terdapat peluang peningkatan permintaan Bio-Avtur di industri penerbangan. Hal ini tentu saja sejalan dengan perkiraan produksi CPO yang akan terserap ke dalam produksi Bioavtur.
Selain Bioavtur, penggunaan CPO juga digunakan pada biofuel (BBN) 35% biodiesel (B35). Mulai Agustus 2023, B35 resmi ditingkatkan dibandingkan B30 sebelumnya. Artinya persentase bahan baku minyak sawit meningkat dari 30% menjadi 35%.
Di masa depan, kami berencana meningkatkan proporsi ini dari 35% menjadi 40%. Tentu saja hal ini juga akan mempercepat permintaan CPO di masa depan.
Peningkatan permintaan ini diperkirakan akan semakin agresif menjelang Hari Raya Idul Fitri tahun ini. Seperti kita ketahui, CPO banyak digunakan dalam minyak goreng selain untuk produksi energi.
Indonesia merupakan produsen minyak sawit terbesar di dunia dan merupakan salah satu negara yang akan memperoleh manfaat dari meningkatnya permintaan CPO di masa depan.
Di pasar dunia, produk kelapa sawit asal Indonesia menguasai lebih dari 50%, disusul Malaysia sekitar 25%, dan sisanya merupakan gabungan negara lain.
Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), Indonesia dapat mengekspor 2,04 juta ton minyak sawit pada Januari 2024, naik dari 1,75 juta ton pada bulan sebelumnya. Pada periode yang sama, nilai ekspor juga meningkat dari USD 833,63 juta menjadi USD 835,61 juta.
Namun perkembangan harga bahan baku CPO masih kurang menarik, dan harga minyak nabati alternatif seperti kedelai, bunga matahari, dan canola masih cenderung lebih rendah, sehingga setiap tahunnya nilai ekspor CPO cenderung menurun.