
Palembang, HAISAWIT – Sebagai bagian dari komitmen dalam meningkatkan kapasitas dan profesionalisme petani sawit, pelatihan Sumber Daya Manusia Perkebunan Kelapa Sawit (SDMPKS) resmi digelar di Hotel Aryaduta, Palembang. Kegiatan ini merupakan hasil sinergi antara Badan Pengelola Dana Perkebunan (BPDP), Direktorat Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian RI, dan Akademi Komunitas Perkebunan Yogyakarta (AKPY-STIPER) selaku pelaksana pelatihan.
Sebanyak 185 petani kelapa sawit dari Kabupaten Musi Banyuasin (Muba) mengikuti pelatihan ini sebagai bagian dari total 645 peserta dari Sumatera Selatan, yang tersebar di 5 kabupaten. Program ini merupakan bagian dari target nasional tahun 2025, di mana AKPY-STIPER dipercaya untuk melatih sebanyak 1.492 petani di 12 kabupaten pada 5 provinsi.
Dalam sambutannya, direktur AKPY-STIPER Dr. Sri Gunawan menyampaikan bahwa "Pelatihan ini bertujuan untuk Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan petani dalam budidaya kelapa sawit yang baik sesuai prinsip Good Agricultural Practices (GAP) dan Memberikan akses informasi berbagai program BPDPKS seperti Peremajaan Sawit Rakyat (PSR), Sarana dan Prasarana (Sarpras), serta dukungan pengembangan SDM," ujarnya.
Kegiatan ini turut dihadiri oleh perwakilan dari Direktorat Penyaluran Dana BPDP, Direktorat Tanaman Kelapa Sawit dan Aneka Palma – Kementan RI, Dinas Perkebunan Provinsi Sumatera Selatan, Dinas Perkebunan Kabupaten Musi Banyuasin, Pimpinan perusahaan mitra seperti PT SMART dan Minanga Ogan, dan Para instruktur dari IPB dan Dekopin Kaltim.
Indonesia sebagai produsen sawit terbesar dunia menghadapi berbagai tantangan serius, baik teknis maupun non-teknis. Di antaranya adalah persoalan legalitas lahan, tumpang tindih kawasan, tanaman tua, penggunaan bibit tidak bersertifikat, hingga dampak perubahan iklim. Salah satu temuan penting menyebutkan bahwa ada sekitar 93 juta bibit tidak bersertifikat yang berpotensi mempengaruhi produktivitas lebih dari 465.000 hektare lahan sawit setiap tahun.
Melalui pelatihan ini, diharapkan para peserta tidak hanya mampu mengimplementasikan ilmu yang diperoleh di kebun masing-masing, tetapi juga menjadi agen perubahan bagi komunitas petani di daerahnya. Salah satu langkah konkret ke depan adalah rencana pembentukan Klinik Sawit atau SLPHT (Sekolah Lapang Pengendalian Hama Terpadu) sebagai pusat pembelajaran berkelanjutan.