396 Pekebun Sawit Sumsel Telah Selesai Dibekali Pengetahuan Panen & Pascapanen oleh BPI Kerja Sama BPDP dan Ditjenbun

Sebanyak 396 pekebun sawit dari empat kabupaten di Sumatera Selatan telah menuntaskan pelatihan panen dan pascapanen yang digelar BPI bersama BPDPKS dan Ditjenbun selama satu bulan di Palembang.

BERITA

Arsad Ddin

24 Juni 2025
Bagikan :

Peserta pelatihan saat melakukan kunjungan lapang di PT Perkebunan Minanga Ogan (Foto: Dok. BPI).

Palembang, HAISAWIT – Sebanyak 396 pekebun sawit dari empat kabupaten di Provinsi Sumatera Selatan telah menyelesaikan pelatihan panen dan pascapanen yang diselenggarakan oleh Best Planter Indonesia (BPI) melalui kerja sama dengan Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) dan Direktorat Jenderal Perkebunan (Ditjenbun).

Program pelatihan ini dilaksanakan di Palembang secara paralel di dua lokasi berbeda sejak 20 Mei hingga 20 Juni 2025. Seluruh peserta berasal dari Kabupaten Musi Banyuasin, Muara Enim, Musi Rawas, dan Musi Rawas Utara.

Pelatihan terbagi dalam tiga gelombang dengan total 13 angkatan. Kegiatan berlangsung selama lima hari untuk setiap angkatan, yang terdiri dari empat hari sesi kelas dan satu hari kunjungan lapang ke kebun sawit.

Direktur Operasional BPI, Friyandito, SP, MM, menyampaikan pandangannya saat membuka pelatihan gelombang ketiga. Ia menyoroti peluang peningkatan produktivitas sawit pada siklus kedua setelah replanting.

"Jika di periode siklus 1 rata-rata produktifitas TBS hanya berada di angka kepala 2 (22-25 ton per ha per tahun), maka setelah pelatihan diharapkan bisa meningkatkan produksi dari kepala 2 menjadi kepala 3 (di atas 30 ton per ha per tahun) atau bahkan mencapai 40 ton per ha per tahun," ujar Friyandito.

Dalam sambutannya, ia menambahkan bahwa potensi ini dimungkinkan berkat penggunaan bibit unggul generasi baru.

"Hal ini bukan tidak mungkin karena potensi bibit unggul saat ini memiliki produktifitas yang memang berbeda dari bibit unggul yang ditanam pada saat siklus 1 atau generasi pertama," lanjutnya Friyandito.

Selama pelatihan berlangsung, peserta juga mengikuti kunjungan lapang ke dua lokasi kebun sawit, yakni PT Bina Sawit Makmur (Sampoerna Agro) dan PT Perkebunan Minanga Ogan. Di lokasi ini, peserta belajar langsung dari pengelolaan kebun yang produktif.

Beberapa blok kebun milik PT Perkebunan Minanga Ogan menunjukkan produktivitas hingga 44 ton per hektare per tahun. Capaian tersebut diperlihatkan kepada peserta sebagai contoh potensi hasil yang dapat dicapai dengan praktik budidaya yang baik.

Kegiatan pelatihan gelombang ketiga turut dihadiri perwakilan pemerintah daerah. Rica Octavia, SP, dari Dinas Perkebunan Provinsi Sumsel, Tuteng Rohmansyah, S.ST, dari Disbun Kabupaten Muara Enim, serta Rubiyanti dari Disbun Kabupaten Musi Banyuasin hadir secara langsung dalam pembukaan.

Rubiyanti menyampaikan pesannya kepada peserta agar mengikuti seluruh rangkaian pelatihan dengan baik dan menjaga kondisi selama kegiatan berlangsung.

"Nanti kalau sudah di luar jam pelatihan bolehlah untuk berkeliling di kota Palembang," ucap Rubiyanti kepada peserta.

Sementara itu, founder BPI, Ir. Heri DB, MM, dalam sambungan telepon, memberikan perhatian khusus terhadap pentingnya pengendalian penyakit Ganoderma yang menyerang tanaman sawit.

"Pengendalian dilakukan secara biologi yaitu dengan cara memasukkan Trichoderma sebagai musuh alaminya," tutur Heri.

Sebagian besar peserta memberikan penilaian positif terhadap pelatihan yang telah mereka ikuti. Mereka antusias mengikuti sesi kelas maupun praktik lapangan, sebagaimana tercermin dari hasil evaluasi sementara dan testimoni yang disampaikan selama kegiatan berlangsung.

Para peserta yang mengikuti pelatihan berasal dari kalangan pekebun sawit yang telah menyelesaikan satu siklus produksi dan kini berada dalam tahap replanting. Pelatihan ini dilaksanakan agar pengelolaan kebun pada siklus kedua dapat lebih optimal sesuai potensi bibit unggul yang digunakan.

Salah satu lokasi kunjungan lapang dalam pelatihan ini adalah PT Perkebunan Minanga Ogan, di mana beberapa blok kebun diketahui memiliki produktivitas mencapai 44 ton per hektare per tahun. Lokasi ini dipilih untuk menunjukkan secara langsung capaian produktivitas tinggi yang dapat dijadikan pembelajaran bagi peserta.***

Bagikan :

Artikel Lainnya