Asosiasi Inventor Indonesia Tekankan Pentingnya Komersialisasi Hasil Riset Sawit untuk Penguatan Industri

Asosiasi Inventor Indonesia menekankan pentingnya komersialisasi hasil riset sawit dalam memperkuat industri kelapa sawit, riset BPDPKS dinilai memiliki potensi besar dalam menciptakan teknologi yang dapat diterapkan untuk meningkatkan efisiensi produksi dan mengurangi dampak lingkungan

BERITA

Arsad Ddin

3 April 2025
Bagikan :

Ilustrasi Riset Produk Turusan Sawit (Kreator Foto: Arsad Ddin)

Jakarta, HAISAWIT - Asosiasi Inventor Indonesia (AII) menekankan pentingnya komersialisasi hasil riset sawit dalam memperkuat industri kelapa sawit Indonesia. Dalam pertemuan PERISAI 2024 lalu, AII mengapresiasi kontribusi riset terhadap sektor ini dan pentingnya hilirisasi teknologi yang dapat mendukung daya saing industri di pasar global.

Industri kelapa sawit Indonesia menghadapi banyak tantangan dalam mencapai efisiensi maksimal. Salah satunya adalah bagaimana teknologi riset dapat diterapkan secara nyata dalam meningkatkan hasil produksi serta mengurangi dampak lingkungan yang dihasilkan.

Ketua Umum AII, Didiek Hadjar Goenadi, menyampaikan bahwa riset yang dilakukan oleh Badan Pengelola Dana Perkebunan (BPDP) harus segera dapat diterapkan dalam bentuk teknologi yang komersial.

Menurutnya, riset yang tidak berlanjut pada implementasi praktis akan sia-sia dan tidak memberikan manfaat maksimal bagi industri sawit Indonesia.

“Riset BPDPKS mengedepankan aspek manfaat bagi para pelaku industri kelapa sawit nasional termasuk pemerintah, maka teknologi tersebut harus dapat secepat mungkin dikomersialisasikan,” ujar Didiek, dikutip laman Media Keuangan Kemenkeu, Kamis (03/04/2025).

Sebagian besar riset yang dilakukan oleh BPDP berfokus pada solusi praktis yang dapat diimplementasikan untuk menjawab tantangan dalam industri kelapa sawit. Teknologi-teknologi yang dikembangkan bertujuan untuk meningkatkan produktivitas dan mengurangi emisi gas rumah kaca, serta mengoptimalkan pemanfaatan biomassa.

Namun, tantangan terbesar adalah bagaimana hasil riset ini dapat diterima dan diterapkan oleh pelaku industri secara luas. Tidak semua teknologi yang dikembangkan langsung memenuhi standar industri yang dibutuhkan.

Didiek menambahkan bahwa riset BPDP juga difokuskan pada penciptaan teknologi yang dapat langsung diterapkan, baik untuk sektor hulu maupun hilir. Hal ini untuk memastikan bahwa setiap teknologi yang dihasilkan dapat memberikan dampak positif dalam waktu singkat.

“Umumnya riset BPDPKS memiliki problem solving oriented. Dari tantangan dan peluang tersebut, kita melihat ada aplikasi yang menjadi pasar, artinya cakupan aplikasi apa dari teknologi yang dikembangkan itu menjadi pasar atau target dari teknologi yang dikembangkan,” ujar Didiek.

AII berupaya membangun jaringan antara para inventor dan industri, untuk memastikan riset yang dilakukan dapat berkembang menjadi produk komersial. AII berperan sebagai jembatan untuk mempertemukan para peneliti dengan investor yang dapat membantu mempercepat proses komersialisasi teknologi sawit.

Pentingnya kolaborasi antara pemerintah, peneliti, dan industri sawit menjadi sorotan dalam upaya memperkuat daya saing industri sawit Indonesia. Pemerintah, melalui BPDP, memiliki peran vital dalam mendanai riset yang dapat mendorong pengembangan teknologi yang lebih ramah lingkungan dan efisien.

Di sisi lain, hasil riset yang berfokus pada pengolahan sawit secara berkelanjutan juga memiliki potensi besar untuk membantu Indonesia dalam mengurangi emisi gas rumah kaca. Penurunan emisi yang dihasilkan dari program seperti biodiesel menunjukkan bahwa riset dalam industri kelapa sawit dapat berperan besar dalam mendukung ekonomi hijau.

Dengan berbagai peluang dan tantangan yang ada, kolaborasi antara pemerintah, peneliti, dan pelaku industri sangat penting untuk memastikan bahwa riset sawit dapat diterapkan dengan efektif dan bermanfaat untuk semua pihak yang terlibat.***
Bagikan :

Artikel Lainnya