Pemerintah menekankan peran perguruan tinggi dalam inovasi hilirisasi dan ketahanan energi. Sektor sawit menjadi salah satu komoditas yang dikembangkan melalui riset dan pengembangan teknologi.
Arsad Ddin
5 April 2025Pemerintah menekankan peran perguruan tinggi dalam inovasi hilirisasi dan ketahanan energi. Sektor sawit menjadi salah satu komoditas yang dikembangkan melalui riset dan pengembangan teknologi.
Arsad Ddin
5 April 2025(Foto: ekon.go.id)
Jakarta, HAISAWIT - Perguruan tinggi memiliki peran strategis dalam pengembangan inovasi untuk mendukung hilirisasi dan ketahanan energi nasional. Dalam acara Grafika Talkshow di Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, pemerintah menekankan pentingnya riset dan pengembangan dalam meningkatkan daya saing industri, termasuk di sektor sawit, Selasa (04/02/2025).
Hilirisasi menjadi strategi utama dalam meningkatkan nilai tambah sumber daya alam. Pemerintah mencatat bahwa rata-rata pertumbuhan ekonomi Indonesia saat ini masih berada di angka 5% secara tahunan (yoy), sementara inflasi dapat dikendalikan pada 1,5%.
Pemerintah melihat bahwa potensi komoditas yang besar harus dimanfaatkan dengan lebih optimal. Hilirisasi menjadi salah satu cara untuk memastikan bahwa sumber daya yang tersedia dapat memberikan manfaat ekonomi yang lebih besar.
Dalam kesempatan tersebut, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, menjelaskan bahwa Indonesia telah lama mengandalkan komoditas sebagai pendorong pertumbuhan ekonomi.
"Kita lihat hari ini Indonesia berpengalaman untuk menggunakan komoditas sebagai keunggulan pertumbuhan," ujar Airlangga, dikutip dari laman Kemenko Perekonomian, Selasa (04/04/2025).
Ia juga menambahkan bahwa sejak era Presiden Soeharto, Indonesia telah mengandalkan sektor sawit dan migas sebagai komoditas utama.
"Kalau kita ingat dari zamannya Presiden Soeharto, kita unggul di sawit, kita unggul di migas. Migas itu kita berproduksinya pada waktu itu 1,6 juta barrel oil per day dan dengan itu kita bisa menjadi negara yang pertumbuhannya 7%," katanya.
Lebih lanjut, hilirisasi juga diterapkan pada sektor pertanian. Indonesia telah memproduksi hampir 50 juta ton CPO pada 2024 dan mulai menggunakan Biodiesel B40 untuk meningkatkan ketahanan energi nasional.
Airlangga menekankan bahwa perguruan tinggi harus memainkan perannya dalam mendukung hilirisasi. Riset dan pengembangan teknologi menjadi faktor penting dalam meningkatkan efisiensi industri dan menekan biaya produksi.
"Kita perlu perguruan tinggi untuk terus melakukan R&D sehingga cost kita bisa lebih turun," pungkas Menko Airlangga.
Selain sektor sawit, pemerintah juga menargetkan hilirisasi pada berbagai komoditas lain. Sumber daya seperti nikel, tembaga, bauksit, dan emas dinilai memiliki potensi besar untuk dikembangkan lebih lanjut.
Dalam sektor industri, digitalisasi juga menjadi fokus utama ke depan. Pemerintah menilai bahwa pengembangan teknologi semikonduktor akan berperan dalam mendorong pertumbuhan ekonomi berbasis sumber daya manusia.
Pemerintah berharap kerja sama antara perguruan tinggi dan sektor industri dapat berjalan lebih erat. Dengan hilirisasi yang kuat, ketahanan energi dan daya saing ekonomi nasional dapat semakin meningkat.***