
(Foto: bpdp.or.id)
Yogyakarta, HAISAWIT - Workshop dan fieldtrip bertema "Pemberdayaan UMKM Guna Mendukung Pemanfaatan Produk Turunan Kelapa Sawit" berlangsung pada 26-27 Februari 2025 di Yogyakarta. Kegiatan ini diinisiasi oleh Politeknik LPP Yogyakarta bekerja sama dengan Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS).
Salah satu narasumber dalam kegiatan tersebut adalah CEO Smart Batik Indonesia, Miftahudin Nur Ihsan. Dalam sesi diskusi, ia berbagi pengalaman dalam mengembangkan usaha batik dengan memanfaatkan produk turunan sawit.
Miftahudin menceritakan bagaimana ia memulai bisnis batik dengan modal menjadi reseller hingga akhirnya berhasil menciptakan motif-motif khas sendiri. Kini, usahanya telah berkembang dengan lebih dari 200 motif batik yang telah dipasarkan.
Pada kesempatan tersebut, ia mengajak para pelaku UMKM dan mahasiswa untuk terus berinovasi serta berkontribusi dalam mengembangkan usaha mereka. Menurutnya, kondisi ekonomi saat ini membutuhkan lebih banyak pelaku usaha yang mampu bertahan dan beradaptasi.
“Mari teman-teman kita upayakan yang terbaik, kontribusi yang terbaik. Kita tahu, kondisi saat ini sedang tidak stabil. Jangan tambah masalah dengan terus mengeluh, yuk kita terus berpikir positif dan terus berinovasi sambil kita doakan kebijakan ke depan akan lebih baik. Daripada #KaburAjaDulu mending #KontribusiAjaDulu,” ungkap Delegasi Indonesia pada Kegiatan Inovation Festival Suzhou, China 2024 tersebut, dikutip dari laman BPDP, Sabtu (08/03/2025).
Ia juga menekankan pentingnya peran UMKM dalam perekonomian nasional. Data Kementerian Koperasi dan UKM 2023 menunjukkan bahwa sektor ini menyumbang sekitar 61% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia serta menyerap 97% tenaga kerja nasional.
Dalam pengembangan bisnisnya, Miftahudin turut menggandeng BPDPKS untuk mengoptimalkan pemanfaatan bahan baku sawit dalam industri batik. Lilin sawit yang digunakan dalam proses membatik menjadi salah satu bentuk inovasi yang membantu mendukung rantai pasok industri kreatif.
Selain itu, Smart Batik Indonesia juga telah memberdayakan lebih dari 60 pembatik di pedesaan. Melalui skema kerja sama yang diterapkan, usaha ini turut berkontribusi terhadap peningkatan kesejahteraan para pengrajin batik.
Tidak hanya itu, Smart Batik juga berkolaborasi dengan berbagai asosiasi guru di Indonesia. Program berbagi keuntungan dari penjualan batik diterapkan untuk mendukung perkembangan dunia pendidikan.
Workshop dan fieldtrip ini dihadiri oleh mahasiswa dan pelaku UMKM yang tertarik mengembangkan usaha berbasis produk turunan sawit. Para peserta mendapatkan wawasan mengenai peluang serta tantangan yang dihadapi dalam industri ini.
Kegiatan ini menjadi bagian dari upaya berbagai pihak dalam meningkatkan pemanfaatan produk sawit di sektor UMKM. Melalui inovasi dan kerja sama, diharapkan penggunaan sawit dalam industri kreatif semakin berkembang di masa mendatang.***