GAPKI dan IPOSS resmi menandatangani nota kesepahaman di Jakarta untuk memperkuat industri sawit nasional melalui riset, advokasi, dan penguatan data dalam menghadapi tekanan regulasi global dan kampanye negatif.
Arsad Ddin
24 Juni 2025GAPKI dan IPOSS resmi menandatangani nota kesepahaman di Jakarta untuk memperkuat industri sawit nasional melalui riset, advokasi, dan penguatan data dalam menghadapi tekanan regulasi global dan kampanye negatif.
Arsad Ddin
24 Juni 2025Jakarta, HAISAWIT – Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) menandatangani nota kesepahaman (MoU) dengan Indonesian Palm Oil Strategic Studies (IPOSS) dalam upaya memperkuat posisi strategis industri sawit Indonesia di tingkat global.
Penandatanganan kerja sama berlangsung di Kantor Pusat GAPKI, Jakarta, Selasa (17/06/2025). Kolaborasi ini diarahkan untuk menjawab tantangan industri sawit yang terus berkembang, mulai dari regulasi internasional hingga persepsi publik.
Ketua Umum GAPKI, Eddy Martono, menilai pentingnya sinergi antar-lembaga dalam memperkuat narasi positif berbasis data dan menjawab berbagai tekanan terhadap industri kelapa sawit.
“Kolaborasi ini menjadi langkah penting untuk memperkuat kontribusi sawit Indonesia, baik di dalam negeri maupun secara global,” ujar Eddy Martono.
Menurutnya, IPOSS memiliki peran penting dalam mendorong advokasi dan kajian ilmiah yang relevan terhadap kebutuhan industri sawit saat ini.
“IPOSS sebagai lembaga yang kuat dalam bidang riset, advokasi, dan komunikasi merupakan mitra yang sangat strategis bagi GAPKI,” ujar Eddy Martono.
Kemitraan antara GAPKI dan IPOSS juga mencakup penguatan kapasitas kelembagaan dan sumber daya manusia petani sawit, serta pengembangan kemitraan perkebunan yang berkelanjutan.
Ketua Pengurus IPOSS, Nanang Hendarsah, menyatakan bahwa kerja sama ini merupakan langkah nyata dalam menghadapi tantangan industri sawit secara lebih terstruktur.
“Ini adalah langkah awal dari gerakan bersama yang lebih konkret memberdayakan petani, memperkuat basis data, dan menjaga keberlanjutan industri sawit Indonesia ke depan,” ujar Nanang Hendarsah.
Ia juga menyebutkan sejumlah isu strategis yang kini dihadapi industri sawit, seperti regulasi Uni Eropa (EUDR), kebutuhan hilirisasi industri, serta peningkatan produktivitas dan daya saing nasional.
Melalui kerja sama ini, GAPKI dan IPOSS menyiapkan berbagai langkah kolaboratif di bidang riset, komunikasi publik, dan penyusunan program strategis untuk penguatan industri sawit Indonesia.
Kesepakatan ini menjadi bagian dari upaya memperluas jaringan sinergi antara pelaku usaha dan lembaga kajian guna menghadapi dinamika kebijakan global dan domestik di sektor kelapa sawit.***