Industri sawit nasional memasuki era digital. Kementerian Pertanian mendorong sinergi pemangku kepentingan dan adopsi teknologi untuk menjawab isu iklim, keberlanjutan, dan peningkatan kesejahteraan petani sawit.
Arsad Ddin
16 Mei 2025Industri sawit nasional memasuki era digital. Kementerian Pertanian mendorong sinergi pemangku kepentingan dan adopsi teknologi untuk menjawab isu iklim, keberlanjutan, dan peningkatan kesejahteraan petani sawit.
Arsad Ddin
16 Mei 2025Jakarta, HAISAWIT – Digitalisasi menjadi fokus penting dalam pengembangan industri kelapa sawit nasional. Kementerian Pertanian menyebut transformasi ini sebagai langkah strategis untuk menjawab tantangan keberlanjutan dan kompetisi global.
Direktorat Jenderal Perkebunan menghadiri Palmex Indonesia ke-15 yang berlangsung di Jakarta. Kegiatan ini digelar pada Selasa (14/05/2025).
Direktur Sawit dan Aneka Palma, Ardi Praptono, hadir mewakili Plt. Dirjen Perkebunan Heru Tri Widarto. Ia menyampaikan pentingnya pendekatan teknologi dalam membangun industri sawit yang adaptif dan berdaya saing.
“Industri kelapa sawit memiliki peran sentral dalam pembangunan nasional. Namun demikian, kita menghadapi berbagai tantangan global seperti isu perubahan iklim, persaingan pasar, serta tuntutan akan keberlanjutan. Untuk itu, transformasi digital menjadi keniscayaan,” ujar Ardi, dikutip laman Ditjenbun Kementan, Jumat (16/05/2025).
Ardi menyampaikan bahwa luas areal sawit nasional kini mencapai 16,8 juta hektare. Sekitar 6,9 juta hektare di antaranya dikelola oleh petani rakyat.
Menurutnya, transformasi digital akan memperkuat efisiensi dan keberlanjutan. Ini termasuk penguatan program peremajaan sawit rakyat (PSR) dan dukungan terhadap riset teknologi.
Palmex Indonesia ke-15 mengusung tema “Palm Oil 4.0: Digitalization for a Sustainable Industry”. Forum ini dianggap penting untuk memperkuat kerja sama lintas sektor.
Kementerian Pertanian juga memberi perhatian pada pengembangan kemitraan antara perusahaan dan pekebun. Pola kemitraan disebut berperan besar dalam menjaga keseimbangan ekosistem industri sawit.
“Asosiasi petani kelapa sawit, pelaku usaha, dan pemerintah harus bersinergi dalam mencari titik temu menghadapi tantangan kemitraan, demi menciptakan iklim usaha yang sehat dan berkelanjutan ke depan,” kata Ardi.
Dalam kesempatan tersebut, Ardi juga menyampaikan harapan atas dampak positif dari kegiatan ini. Ia menyebut sinergi dan teknologi menjadi bagian penting dari strategi nasional.
“Kami berharap kegiatan ini dapat memberikan manfaat yang besar dalam mendukung upaya transformasi industri kelapa sawit nasional menuju arah yang lebih berkelanjutan dan berbasis teknologi,” ucapnya.
Selain menjadi ajang berbagi pengetahuan, Palmex Indonesia ke-15 menjadi ruang pertemuan pemangku kepentingan. Forum ini menampilkan ragam inovasi untuk mendukung produktivitas sawit.***