Ketua PWM Aceh: Sudah Saatnya Muhammadiyah Buka Prodi Kehutanan dan Kebun Sawit

Ketua PWM Aceh, Malik Musa, mendorong Muhammadiyah membuka prodi kehutanan dan mengelola kebun sawit di setiap kabupaten/kota Aceh sebagai langkah membangun ekonomi dan pendidikan daerah.

BERITA

Arsad Ddin

5 April 2025
Bagikan :


(Foto: suaramuhammadiyah.id)

Aceh, HAISAWIT – Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Aceh, Malik Musa, menyampaikan bahwa sudah saatnya Muhammadiyah membuka program studi kehutanan dan mengembangkan perkebunan kelapa sawit. Hal ini ia sampaikan dalam kegiatan Workshop UKMK Sawit Goes to Campus yang berlangsung selama dua hari tahun lalu, 18 –19 Oktober 2024.

Dalam kegiatan tersebut, hadir sejumlah tokoh, termasuk Pj. Gubernur Aceh yang diwakili Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan Aceh, serta sejumlah pimpinan instansi daerah lainnya. Acara berlangsung di Aula Fakultas Ekonomi, Universitas Muhammadiyah Aceh (UNMUHA), Banda Aceh.

Malik Musa menyebutkan bahwa langkah ini merupakan bagian dari rencana strategis Muhammadiyah di Aceh. Program ini menurutnya dapat menjadi fondasi dalam membangun sistem pendidikan dan ekonomi yang saling mendukung.

"Muhammadiyah sudah merancang agar seluruh kabupaten/kota di Aceh memiliki program perkebunan, dan ini telah disampaikan kepada pemerintah daerah agar disediakan lahan produktif," ujar Malik Musa, dikutip dari laman Suara Muhammadiyah, Sabtu (05/04/2025).

Ia juga mengungkapkan pentingnya penguatan kapasitas generasi muda Muhammadiyah dalam sektor perkebunan. Menurutnya, potensi ekonomi dari sektor ini masih terbuka luas.

Ketua PWM Aceh mendorong agar sinergi antara institusi pendidikan dan sektor riil dapat berjalan beriringan. Salah satunya dengan membuka program studi kehutanan yang relevan dengan kebutuhan lokal.

Dalam kesempatan terpisah, Ketua Pimpinan Wilayah Pemuda Muhammadiyah Aceh, Zul Hafian, mengingatkan generasi muda untuk melanjutkan tradisi menjaga eksistensi sawit di provinsi tersebut.

"Kita ketahui bersama, Pendapatan Asli Daerah (PAD) kita yang nomor dua adalah dari sawit dan kopi, setelah batu bara," ujar Zul.

Zul juga menambahkan bahwa kerja sama antara Pemuda Muhammadiyah Aceh dan BPDPKS telah menghasilkan produk turunan sawit. Produk tersebut meliputi parfum, losion, dan sabun mandi.

"Setelah ini, kita juga akan melakukan pelatihan pembuatan gula merah yang berbahan dasar sawit," tambah Zul.

Kepala Divisi UKMK BPDPKS, Helmi Muhansyah, turut memberikan apresiasi atas kolaborasi yang terjalin bersama Muhammadiyah di Aceh. Ia menyebut kerja sama ini sebagai langkah awal yang inspiratif.

"Kami berharap ini menjadi inspirasi bagi warga Muhammadiyah. Dari Aceh, kita sampaikan kebaikan-kebaikan sawit," ujar Helmi.

Dalam forum tersebut juga dibahas berbagai potensi pengembangan UMKM berbasis sawit. Pemerintah Aceh tengah merancang klaster khusus untuk kelapa sawit agar dapat mendongkrak nilai tambah industri ini.

Kegiatan Workshop UKMK Sawit Goes to Campus menjadi salah satu upaya menjembatani dunia pendidikan dan usaha. Para peserta, termasuk mahasiswa, didorong untuk terlibat dalam pengembangan industri sawit yang berkelanjutan.

Dari pertemuan ini, muncul dorongan agar Muhammadiyah mengambil peran lebih aktif dalam pendidikan vokasi dan pengelolaan lahan produktif. PWM Aceh menilai pendekatan ini dapat memperkuat posisi sawit dalam ekonomi lokal Aceh.***

Bagikan :

Artikel Lainnya