Mahasiswa Antropologi Budaya UGM meneliti langsung kehidupan petani sawit di tengah program PSR. Kajian ini menggunakan pendekatan etnografi untuk memahami realitas lapangan secara menyeluruh.
Arsad Ddin
2 Juni 2025Mahasiswa Antropologi Budaya UGM meneliti langsung kehidupan petani sawit di tengah program PSR. Kajian ini menggunakan pendekatan etnografi untuk memahami realitas lapangan secara menyeluruh.
Arsad Ddin
2 Juni 2025Yogyakarta, HAISAWIT – Sejumlah mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM) melakukan penelitian sosial tentang kehidupan petani sawit di Kabupaten Sanggau, Kalimantan Barat, dalam konteks Program Peremajaan Sawit Rakyat (PSR).
Penelitian ini menggambarkan dinamika sosial dan ekonomi yang dihadapi petani sawit ketika tanaman tua mereka diremajakan secara bertahap melalui program nasional PSR.
Dua mahasiswa Program Studi Antropologi Budaya UGM, Ana Choirina Afdila dan Muhammad Fahmi Rafsanjani, memimpin riset ini bersama Tobias Graf dari University of Zurich.
Mereka memilih Desa Pampang Dua di Kecamatan Meliau sebagai lokasi utama penelitian karena wilayah ini tengah menjalani tahap replanting.
Selama tiga bulan sejak April 2025, tim mahasiswa ini mengumpulkan data sosial melalui metode observasi partisipan yang mengharuskan mereka tinggal langsung di tengah masyarakat.
Ana Choirina menjelaskan bahwa riset ini mencakup berbagai persoalan sosial yang muncul selama program replanting dijalankan.
“Kita melakukan riset terkait berbagai pertimbangan seperti biaya, tenaga kerja, kelangsungan produksi, dan persoalan sosial seperti akses lahan,” ujar Ana, dikutip dari laman UGM, Senin (02/06/2025).
Ia menambahkan bahwa pendekatan etnografi membantu menggali pengalaman nyata petani di lapangan selama masa transisi dari sawit tua ke tanaman baru.
“Penelitian ini ditujukan untuk mengungkap persoalan yang berkembang di kalangan petani sehubungan dengan peremajaan sawit. Apakah mereka mau terus menanam sawit, bagaimana cara mereka mengakses biaya peremajaan, dan apakah ada alternatif ekonomi selain sawit yang terbuka untuk mereka selanjutnya,” ucap Ana.
Dosen pembimbing mereka, Prof. Dr. Pujo Semedi Hargo Yuwono, menjelaskan bahwa metode etnografi memberi ruang mahasiswa untuk merasakan kehidupan warga secara langsung.
Menurutnya, pendekatan ini juga penting untuk melatih kepekaan sosial mahasiswa terhadap isu-isu riil di sektor perkebunan.
Selain mengkaji tantangan ekonomi, riset ini juga melihat perubahan pola hidup masyarakat saat penghasilan utama dari sawit belum bisa diperoleh karena masa tanam ulang.
Selama masa peremajaan, petani menghadapi penyesuaian penghasilan, pengeluaran tambahan, serta tantangan dalam menjaga kesinambungan produksi di tingkat keluarga.
Melalui penelitian ini, para mahasiswa tidak hanya menggambarkan tantangan petani, tetapi juga memperlihatkan keterkaitan antara aspek sosial, politik, dan lingkungan dalam program replanting.
“Harapannya, penelitian ini tidak hanya akan menjadi data bagi skripsi saya, tapi saya ingin menunjukan dinamika sosial yang terjadi pada petani kelapa sawit khususnya terkait replanting yang begitu kompleks, karena aspek ekologi, politik, dan ekonomi yang saling berkorelasi,” kata Ana Choirina dalam kesempatan terpisah.
Penelitian kolaboratif ini dilakukan dalam kerangka pertukaran riset antara UGM dan University of Zurich, dengan fokus pada praktik replanting sawit berkelanjutan dan dampaknya terhadap masyarakat lokal.***