Polije memproduksi minyak merah dari sawit melalui program Teaching Factory untuk meningkatkan nilai tambah
Arsad Ddin
25 Oktober 2024Polije memproduksi minyak merah dari sawit melalui program Teaching Factory untuk meningkatkan nilai tambah
Arsad Ddin
25 Oktober 2024Jember, HAISAWIT – Politeknik Negeri Jember (Polije) terus memperkuat peranannya dalam mendukung hilirisasi industri kelapa sawit melalui program Teaching Factory (Tefa) yang memproduksi minyak merah. Inisiatif ini dilakukan untuk meningkatkan nilai tambah produk kelapa sawit sekaligus meningkatkan kapasitas produksi di lahan praktik kebun sawit yang dikelola oleh Laboratorium Lapang Polije.
Dilihat dalam laman resmi Polije, Rabu (23/10/2024), disebutkan bahwa program ini merupakan bagian dari upaya pengabdian kepada masyarakat yang diketuai oleh Ir. Sugiyarto, M.P. Bersama tim yang terdiri dari Irma Harlianingtyas, S.Si., M.Si., Descha Giatri Cahyaningrum, S.P., M.P., dan Ir. Dian Hartatie, M.P., mereka bekerja sama dengan pengelola Tefa untuk mengoptimalkan produksi minyak merah dari buah sawit yang dihasilkan kebun praktik tersebut.
Sugiyarto menjelaskan bahwa sejak adanya kebun praktik sawit di Polije, potensi panen buah sawit belum dimanfaatkan secara optimal. Menurutnya, jika fasilitas dan peralatan pengolahan tersedia dengan baik, produk turunan sawit seperti minyak merah dapat menjadi unggulan.
“Sejak adanya kebun praktik ini, panen buah kelapa sawit tidak pernah dimanfaatkan, meskipun potensinya cukup untuk diolah menjadi produk yang memiliki nilai tambah, baik secara manual maupun semi-manual. Jika fasilitas dan peralatan pengolahan tersedia dengan baik, produk-produk ini dapat menjadi unggulan, tidak hanya di Jurusan Produksi Tanaman Perkebunan, tapi juga di Jurusan Teknik, khususnya Program Studi Teknik Energi Terbarukan,” ujarnya, seperti dilihat dalam laman resmi Polije, Rabu (23/10/2024).
Program ini juga mengadakan Focus Group Discussions (FGD) bersama pengelola Tefa serta memberikan pelatihan dan pendampingan teknis terkait produksi minyak sawit merah. Irma Harlianingtyas menambahkan, pohon kelapa sawit di kebun praktik Polije memiliki potensi produksi yang cukup besar.
“Secara umum, pohon kelapa sawit dapat menghasilkan 12-14 tandan per tahun, dengan berat per tandan antara 10-15 kilogram,” jelas Irma.
Lebih lanjut, Irma menjelaskan bahwa potensi pengolahan sawit di kebun Polije sangat signifikan.
“Jika fruitset mencapai 80%, maka buah yang bisa diolah berkisar 8-12 kilogram per tandan. Dengan populasi minimal 100 pohon, kebun praktik ini dapat menghasilkan sekitar 10-16 ton buah sawit per tahun, atau sekitar 1 ton per bulan. Potensi ini dapat dimanfaatkan untuk diolah menjadi minyak merah,” tambahnya.
Proses pengolahan minyak merah dilakukan dengan metode sederhana seperti degumming, deasidifikasi, dan deodorisasi, yang menghasilkan minyak berkualitas tinggi dan siap untuk dipasarkan. Pengelola Tefa Pembibitan, Jumiatun, menyambut positif inisiatif ini.
“Pemberian peralatan sterilisasi dan alat press buah kelapa sawit sangat bermanfaat untuk pengolahan minyak sawit di masa depan. Selain itu, ini juga menyelesaikan masalah pemanfaatan buah sawit yang jatuh ke tanah,” ungkap Jumiatun.
Ia juga menjelaskan bahwa jika buah sawit yang jatuh tidak segera diolah, hal itu dapat memicu pertumbuhan bibit baru yang perlu penanganan ekstra. Dengan adanya inisiatif ini, kebun praktik Polije tidak hanya dioptimalkan, tetapi juga memberikan pengalaman langsung bagi mahasiswa dalam mengolah produk sawit bernilai tinggi.
Langkah Polije ini diharapkan dapat terus mendukung hilirisasi sawit di Indonesia, sekaligus memberikan manfaat ekonomi bagi mahasiswa dan masyarakat sekitar melalui produksi minyak merah yang berkelanjutan.***