Serikat Petani Kelapa Sawit (SPKS) mengajak pebisnis Jerman menyerap minyak sawit berkelanjutan milik petani kecil Indonesia dalam forum FONAP di Berlin. Harapannya, sawit bersertifikat benar-benar masuk ke pasar fisik Eropa.
Arsad Ddin
2 Juli 2025Serikat Petani Kelapa Sawit (SPKS) mengajak pebisnis Jerman menyerap minyak sawit berkelanjutan milik petani kecil Indonesia dalam forum FONAP di Berlin. Harapannya, sawit bersertifikat benar-benar masuk ke pasar fisik Eropa.
Arsad Ddin
2 Juli 2025Berlin, HAISAWIT – Suara petani sawit kecil dari Indonesia hadir di pertemuan Forum for Sustainable Palm Oil (FONAP) yang digelar di Berlin pada akhir April 2025. Agenda ini mempertemukan pebisnis, aktivis lingkungan, dan pemerintah Jerman.
Ketua Umum Serikat Petani Kelapa Sawit (SPKS), Sabarudin, tampil menyampaikan harapan petani kecil agar sawit berkelanjutan dari Indonesia dapat lebih banyak masuk ke pasar Eropa.
“Banyak petani sudah bersertifikat Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO), tapi kreditnya tidak dibeli karena tidak ada ketertelusuran fisik yang diminta pasar, khususnya Eropa,” ujar Sabarudin, dikutip dari laman SPKS, Rabu (02/06/2025).
Pertemuan di Berlin menjadi ruang bagi SPKS menjelaskan tantangan pasar sawit berkelanjutan, terutama soal skema kredit RSPO yang belum banyak diserap pelaku industri di Eropa.
FONAP sendiri telah berdiri sejak 2015 dan beranggotakan lebih dari 50 pemangku kepentingan. Termasuk perusahaan multinasional, asosiasi dagang, LSM, serta kementerian dari pemerintah Jerman.
Tujuannya memastikan minyak sawit yang beredar di pasar global berasal dari sumber yang mengutamakan perlindungan lingkungan dan menghormati hak asasi manusia.
Deputi Direktur Transformasi Pasar RSPO Indonesia, M. Windrawan Inantha, menyebut langkah konkret tengah dijalankan bersama mitra lokal di Indonesia.
“Kolaborasi ini bukan sekadar soal sertifikasi, tapi soal kemitraan jangka panjang yang adil. Kami ingin petani swadaya benar-benar naik kelas dan mendapatkan akses ke perdagangan sawit fisik yang tertelusur,” kata Windrawan.
Salah satu contoh kolaborasi nyata dilakukan petani di Aceh Tamiang bersama PT Mora Niaga Jaya, pabrik bersertifikat RSPO. Proyek tersebut juga difasilitasi IDH Indonesia.
Proyek ini bertujuan agar petani sawit swadaya tak hanya mengandalkan skema kredit, tetapi dapat menjual produk sawit fisik yang telah terverifikasi rantai pasoknya.
Diskusi di Berlin menjadi bagian dari upaya panjang mendorong praktik sawit berkelanjutan. FONAP, SPKS, dan RSPO Indonesia berperan mempertemukan produsen, konsumen, dan pembeli internasional agar rantai pasok sawit lebih inklusif.***