forum ini bertujuan agar negara-negara ASEAN bisa saling berbagi informasi terkait perbendaharaan negara, seperti pengelolaan fiskal, baik dari sisi manajemen, pelaksanaan, dan pertanggungjawaban anggaran
HLS Redaksi
3 Oktober 2024forum ini bertujuan agar negara-negara ASEAN bisa saling berbagi informasi terkait perbendaharaan negara, seperti pengelolaan fiskal, baik dari sisi manajemen, pelaksanaan, dan pertanggungjawaban anggaran
HLS Redaksi
3 Oktober 2024
Wamenkeu, Thomas Djiwandono saat mengunjungi dan membeli batik sawit pada ATF 2024
Bali, HAISAWIT - Wakil Menteri Keuangan (Wamenkeu) II, Thomas Djiwandono resmi membuka kegiatan ASEAN Treasury Forum (ATF) 2024. ATF merupakan forum yang bertujuan agar negara-negara ASEAN bisa saling berbagi informasi terkait perbendaharaan negara, seperti pengelolaan fiskal, baik dari sisi manajemen, pelaksanaan, dan pertanggungjawaban anggaran. Pembentukan ATF sudah diinisiasikan dalam ASEAN Finance Ministers and Central Bank Governors (AFMGM) ke-10 di Jakarta pada Agustus 2023. Inisiasi ATF kemudian disetujui oleh para menteri-menteri negara ASEAN pada AFMGM ke-11 di Laos pada April 2024. Pada kesempatan itu, disetujui peresmiannya dilakukan pada hari ini di Bali dengan Indonesia sebagai Ketua ATF 2024-2025. Kegiatan ATF 2024 berlangsung pada tanggal 3-4 Oktober 2024 di Badung, Bali yang juga dihadiri oleh pejabat-pejabat Kementerian Keuangan di ASEAN.
Setelah rangkaian kegiatan pembukaan, Wamenkeu< Thomas Djiwandono bersama tamu delegasi mengunjungi booth-booth tersedia. Kunjungan pertama dilakukan di Booth Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS). Pada kesempatan ini, BPDPKS menampilkan dua UKMK (Usaha Kecil Menengah dan Koperasi) unggulannya, yaitu Batik Sawit (CV. Smart Batik Indonesia) dan Cambiacraft. Thomas memberikan apresiasi kepada produk-produk yang dihasilkan. Thomas bahkan ikut mencoba membatik motif pohon sawit dengan menggunakan malam sawit, didampingi oleh COO Batik Sawit, Dinar Indah Lufita Sari.
Setelah membatik, Thomas kemudian membeli produk batik sawit, yaitu Batik motif Gurda Sawit dan motif Ceplok Gurda.
“Batiknya bagus-bagus, saya beli dua ya, yang ada sawitnya ini dan yang klasik ini, terus dikembangkan. Sukses terus,” ungkap Thomas.
CEO Batik Sawit, Miftahudin Nur Ihsan kemudian menjelaskan bahwa batik yang dihasilkan bukan sekedar batik biasa, melainkan juga memiliki nilai pemberdayaan dan ramah lingkungan.
“Izin Pak Wamen, produk-produk ini dibuat oleh Ibu-Ibu pembatik. Setelah bermitra dengan Divisi UKMK BPDPKS, jumlah pembatik kami meningkat dari 10 menjadi 60. Batik ini juga menggunakan malam sawit dan pewarna alami yang lebih ramah lingkungan,” ungkap alumni penerima beasiswa LPDP tersebut.
Sementara itu, penanggung jawab Booth BPDPKS yang juga Kepala Divisi LKCS, Aida Fitria menyampaikan komitmen untuk terus mendorong produk-produk berbasis sawit.
“Kami di BPDPKS saling bersinergi dan berkolaborasi untuk mendorong promosi produk-produk berbasis sawit. Setelah kegiatan ini, kami juga ada kegiatan di Trade Expo Indonesia. Semoga nantinya produk-produk dari Asosiasi maupun UKMK dapat semakin luas pasarnya dan go internasional,” tutup Aida.