Pemerintah Kabupaten Musi Banyuasin dan WRI Indonesia menandatangani MoU untuk memperkuat pemantauan deforestasi dan rantai pasok sawit berkelanjutan.
Arsad Ddin
7 Februari 2025Pemerintah Kabupaten Musi Banyuasin dan WRI Indonesia menandatangani MoU untuk memperkuat pemantauan deforestasi dan rantai pasok sawit berkelanjutan.
Arsad Ddin
7 Februari 2025(Foto: wri-indonesia.org)
Muba, HAISAWIT - Pemerintah Kabupaten Musi Banyuasin (Muba), Sumatera Selatan, bekerja sama dengan WRI Indonesia dalam upaya meningkatkan keberlanjutan perkebunan kelapa sawit. Kolaborasi ini ditandai dengan penandatanganan Nota Kesepahaman (MoU) yang berlangsung pada Kamis (21/11/2024).
Dalam rilis WRI Indonesia melalui laman resminya, Jumat (10/01/2025), kerja sama ini, WRI Indonesia berperan dalam pemantauan deforestasi serta inventarisasi emisi Gas Rumah Kaca (GRK). Langkah ini bertujuan untuk meningkatkan transparansi data dan mendukung praktik perkebunan sawit yang lebih berkelanjutan.
Kabupaten Musi Banyuasin memiliki produktivitas sawit yang mencapai 6.914 kg per hektare. Namun, pertumbuhan sektor ini juga menghadapi tantangan berupa deforestasi dan degradasi lingkungan yang perlu dikelola dengan baik.
Prayudi Syamsuri, Direktur Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan, Ditjen Perkebunan, Kementerian Pertanian, mengapresiasi inisiatif ini dan menegaskan pentingnya kolaborasi antar-pihak.
“Kolaborasi seperti ini sangat penting untuk menciptakan sistem pemantauan dan pengelolaan perkebunan berbasis data yang terintegrasi. Dengan pendekatan yang berkelanjutan, Muba bisa menjadi contoh sukses bagi daerah lain.” jelas Prayudi, dikutip, Jumat (07/02/2025).
Sebagai bagian dari kerja sama ini, Dinas Perkebunan Muba dan WRI Indonesia akan menyelenggarakan pelatihan bagi perusahaan dan masyarakat. Pelatihan ini mencakup penggunaan teknologi pemantauan deforestasi dan pengelolaan rantai pasok.
Apriyadi, Sekretaris Daerah Kabupaten Musi Banyuasin, menekankan bahwa upaya keberlanjutan harus menjadi perhatian utama seluruh pemangku kepentingan.
“Kami ingin memastikan bahwa seluruh pelaku usaha di Muba memahami kewajiban mereka dalam menjaga keseimbangan antara produktivitas dan keberlanjutan. Ini adalah wujud nyata dari tanggung jawab bersama,” terang Apriyadi.
Salah satu metode yang diterapkan dalam kerja sama ini adalah pemantauan lanskap berbasis data. Pendekatan ini memungkinkan pengelolaan perkebunan sawit yang lebih transparan dan berkelanjutan.
Bukti Bagja, Senior Manager for Livelihood and Supply Chain Transformation WRI Indonesia, menyoroti pentingnya sinergi antara sektor publik dan swasta dalam membangun rantai pasok yang rendah emisi.
“Kami melihat betapa pentingnya sinergi antara sektor publik dan swasta untuk memastikan rantai pasok yang rendah emisi dan tangguh terhadap tantangan pasar global,” terang Bagja.
Ia juga berharap bahwa Musi Banyuasin dapat menjadi contoh bagi daerah lain dalam mendukung program dekarbonisasi nasional.
“Harapannya, Musi Banyuasin dapat menjadi percontohan nasional dalam mendukung target dekarbonisasi Indonesia sekaligus mempertahankan daya saing di pasar internasional,” lanjut Bagja.
Kolaborasi antara WRI Indonesia dan Pemerintah Kabupaten Musi Banyuasin menunjukkan komitmen kuat terhadap pengelolaan sawit berkelanjutan. Dengan pendekatan berbasis data dan pelibatan berbagai pihak, inisiatif ini diharapkan mampu menjaga keseimbangan antara produktivitas dan kelestarian lingkungan.***