Daya Tarik dan Tantangan Bekerja di Industri Sawit bagi Generasi Muda

Meskipun peluang karier di industri sawit terbuka luas, masih banyak generasi muda yang ragu untuk terjun ke sektor ini. Ester Sihite dan Dr. Chairul Hamdani mengungkapkan berbagai faktor yang memengaruhi keputusan mereka, serta langkah-langkah yang dapat dilakukan perusahaan untuk menarik tenaga kerja muda.

BERITA

Arsad Ddin

20 Maret 2025
Bagikan :

Dr. Chairul Hamdani (kiri), Ester Sihite (tengah), dan Darus Salam (kanan) dalam program Kabar Sawit, Hai Sawit Indonesia x HIPKASI, Rabu (19/02/2025).

Jakarta, HAISAWIT - Industri kelapa sawit menawarkan peluang karier yang menjanjikan bagi generasi muda. Namun, bekerja di sektor ini memiliki tantangan tersendiri, terutama terkait lokasi kerja yang umumnya berada di daerah terpencil.

Ester Sihite, Head of HR Strategy & Talent Development PT REA Kaltim Plantations Group, menyampaikan bahwa jumlah tenaga kerja di Indonesia sebenarnya cukup untuk memenuhi kebutuhan industri sawit. Namun, ada kekhawatiran dari para pencari kerja terkait lingkungan kerja di perkebunan yang berada di daerah terpencil.

Menurutnya, banyak generasi muda yang memiliki pandangan bahwa bekerja di kota besar atau luar negeri lebih menarik dibandingkan bekerja di perkebunan. "Kalau kita lihat dari potensi dan bakat, memang ada yang secara naturalistik suka dengan tantangan alam. Namun, jumlahnya tidak banyak," ujarnya.

Ester juga menambahkan bahwa perusahaan perlu beradaptasi dengan kebutuhan tenaga kerja generasi sekarang. Salah satu upaya yang dilakukan adalah menciptakan lingkungan kerja yang lebih menarik. "Di beberapa kebun, kami menyediakan fasilitas seperti lapangan futsal, jaringan internet yang memadai, hingga gerai makanan cepat saji untuk menunjang kenyamanan karyawan," jelasnya.

Dr. Chairul Hamdani, Managing Partner High Management Consultant, menyebutkan bahwa tantangan utama dalam pemenuhan tenaga kerja industri sawit juga berasal dari pola pikir orang tua. Banyak orang tua yang lebih memilih anaknya bekerja di perkotaan karena menganggap hidup di perkebunan kurang memiliki prospek yang menjanjikan.

"Padahal, jika dikelola dengan baik, bekerja di perkebunan sawit bisa memberikan kesejahteraan di masa tua. Banyak pekerja senior di industri ini yang kini memiliki lahan sendiri sebagai hasil dari tabungan mereka selama bekerja di kebun," katanya.

Chairul juga menekankan bahwa dunia pendidikan dan perusahaan harus bekerja sama dalam menyiapkan tenaga kerja yang siap terjun ke industri sawit. Salah satu caranya adalah dengan menyasar mahasiswa atau lulusan dari latar belakang ekonomi yang lebih membutuhkan pekerjaan agar memiliki motivasi yang lebih kuat untuk bertahan di sektor ini.

Untuk menghadapi tantangan ini, perusahaan perlu memahami ekspektasi generasi muda terhadap karier mereka. "Generasi saat ini memiliki pola pikir yang berbeda dengan generasi sebelumnya. Mereka lebih dinamis dan cenderung mencari pengalaman baru, bukan sekadar mengejar jenjang karier yang linear," tambahnya.

Diskusi mengenai daya tarik dan tantangan bekerja di industri sawit bagi generasi muda ini menjadi salah satu topik dalam program "Kabar Sawit" yang diselenggarakan oleh media Hai Sawit Indonesia bekerja sama dengan Himpunan Profesional Kelapa Sawit Indonesia (HIPKASI) pada Rabu(19/02/2025).***

Bagikan :

Artikel Lainnya