
(Foto: dikti.kemdikbud.go.id)
Jakarta, HAISAWIT - Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Kemdiktisaintek), Khairul Munadi, menyampaikan bahwa hilirisasi inovasi kelapa sawit membutuhkan kerja sama antara perguruan tinggi dan dunia industri. Pernyataan tersebut disampaikannya dalam acara peluncuran Kelas Profesional Sawit yang digelar di Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) pada Rabu (05/03/2025).
"CoE Kelapa Sawit UMM adalah bukti nyata kolaborasi kontributif antara akademisi dan industri. Program ini sejalan dengan misi Asta Cita untuk meningkatkan relevansi pendidikan tinggi melalui penguatan riset, inovasi, dan tata kelola yang berdampak pada pembangunan berkelanjutan," ujar Khairul Munadi, dikutip dari laman Dikti, Minggu (09/03/2025).
Khairul menyebut bahwa pendidikan tinggi perlu berorientasi pada dampak nyata bagi sektor industri. Menurutnya, dengan kolaborasi yang kuat, inovasi dapat lebih cepat diimplementasikan dalam proses hilirisasi sawit.
Kegiatan peluncuran ini dihadiri oleh Wakil Rektor IV UMM Muhamad Salis Yuniardi, mantan Duta Besar Republik Indonesia untuk Kolombia (2017–2022) Priyo Iswanto, serta perwakilan PT Eagle High Plantations Tbk.
Dalam acara tersebut, UMM menandatangani Nota Kesepahaman (MoU) dengan PT Eagle High Plantations. Kerja sama ini mencakup pengembangan riset terapan, pemanfaatan teknologi, dan peningkatan sumber daya manusia di industri sawit.
Salis Yuniardi menyampaikan bahwa program ini bertujuan membekali mahasiswa dengan kompetensi yang relevan dengan dunia kerja. Kurikulum yang diterapkan berbasis SKSNI dan OBE-MBKM, yang mengintegrasikan perkuliahan dengan pengalaman langsung di industri.
"Program CoE Kelapa Sawit hadir untuk menjembatani kesenjangan antara industri dan pendidikan tinggi. Inisiatif ini lahir murni dari kebutuhan industri, memastikan kolaborasi yang lebih erat dan berkelanjutan," imbuhnya.
CoE Kelapa Sawit UMM dapat menjadi pusat riset dan inovasi yang mampu memberikan kontribusi bagi pengembangan industri sawit nasional. Mahasiswa yang mengikuti program ini akan memperoleh pemahaman mendalam mengenai regulasi, teknologi, serta dinamika pasar global.
Hilirisasi inovasi dalam sektor kelapa sawit dinilai penting untuk meningkatkan nilai tambah komoditas ini. Melalui dukungan riset dari perguruan tinggi, inovasi dalam pengolahan dan pemanfaatan limbah sawit dapat lebih berkembang.
Pemerintah menilai bahwa sinergi antara akademisi dan pelaku industri sangat krusial untuk memperkuat posisi Indonesia sebagai produsen sawit global. Langkah-langkah konkret seperti yang dilakukan UMM dapat menjadi contoh bagi perguruan tinggi lain dalam membangun kemitraan dengan dunia industri.***