ITS Kembangkan Teknologi Radar untuk Mendeteksi Penyakit Busuk Batang Sawit Sejak Dini di Perkebunan

Teknologi radar non-kontak buatan ITS menjadi solusi praktis bagi petani sawit mendeteksi penyakit sejak dini. Riset ini didukung BPDPKS melalui program Grant Riset Sawit dan dikerjakan bersama sejumlah mitra perguruan tinggi.

BERITA HAI INOVASI SAWIT

Arsad Ddin

1 Juli 2025
Bagikan :

Dosen muda ITS, Rezki El Arif (dua dari kiri) beserta Tim saat Kunjungan di Pabrik Sawit. (Foto: Dok. ITS).


Surabaya, HAISAWIT – Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) melalui Fakultas Teknologi Elektro dan Informatika Cerdas (FT-EIC) mengembangkan inovasi radar non-kontak untuk deteksi dini penyakit busuk batang sawit.

Inovasi ini digagas oleh Rezki El Arif, dosen muda Departemen Teknik Biomedik ITS yang baru bergabung pada Februari 2023. Risetnya mendapatkan pendanaan Grant Riset Sawit (GRS) dari BPDP selama dua tahun penuh.

Pada tahun pertama, tim riset telah menyelesaikan desain sekaligus pembuatan prototipe radar. Saat ini, tahap berikutnya fokus pada pengumpulan data di sejumlah perkebunan sawit di Sumatra dan Kalimantan.

“Salah satu indikator kesuksesan GRS memang adalah realisasi nyata di lapangan,” ujar Rezki, dikutip dari laman ITS, Selasa (01/07/2025).

Proyek ini menggandeng kolaborasi dengan Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) Unit Marihat serta Universitas Brawijaya. Riset dilakukan untuk mendeteksi penyakit Basal Stem Rot (BSR) yang disebabkan jamur Ganoderma.

Teknologi radar dipilih karena mampu bekerja secara non-kontak, sehingga lebih praktis bagi petani dan industri perkebunan. Sistem ini diharapkan mempermudah deteksi dini penyakit sebelum berdampak luas.

Selain fokus pada radar untuk sawit, Rezki juga mengembangkan riset serupa untuk mendeteksi tingkat stres manusia. Proyek kedua ini digarap lewat skema Riset Kolaborasi Indonesia (RKI) dari Kemendikbudristek.

“Saya tidak berpindah-pindah topik. Core-nya tetap radar, hanya aplikasinya yang berbeda,” ungkapnya.

Rezki menggandeng sejumlah mitra riset, termasuk Universitas Airlangga dan National Sun Yat-sen University, Taiwan. Konsistensi riset menjadi kunci bagi pengembangan inovasi radar yang berkelanjutan.

“Belajar dalam satu bidang secara mendalam selama bertahun-tahun itu tidak sia-sia. Justru dari situ, ide-ide baru akan muncul dan bisa berkembang ke berbagai arah,” tuturnya.

Uji coba lapangan atas prototipe radar tersebut kini sedang dijalankan di berbagai perkebunan sawit. Pendanaan Grant Riset Sawit menjadi salah satu pendorong utama pengembangan teknologi ini untuk menjawab tantangan penyakit Ganoderma di industri sawit nasional.***

Bagikan :

Artikel Lainnya