BKPM menegaskan peran kelapa sawit sebagai prioritas strategis, dengan pemanfaatan penuh dari produk hingga cangkangnya.
Arsad Ddin
28 Desember 2024BKPM menegaskan peran kelapa sawit sebagai prioritas strategis, dengan pemanfaatan penuh dari produk hingga cangkangnya.
Arsad Ddin
28 Desember 2024(Foto: Kementerian Investasi dan Hilirisasi)
Jakarta, HAISAWIT – Kementerian Investasi dan Hilirisasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) kembali menegaskan pentingnya kelapa sawit dalam mendukung hilirisasi investasi strategis nasional.
Komoditas ini menjadi salah satu fokus utama dalam Expose Kajian Hilirisasi Investasi Strategis Tahun 2024 yang digelar di Jakarta.
Acara yang berlangsung pada Senin (23/12) ini dihadiri oleh berbagai pihak, termasuk kementerian, lembaga, asosiasi, pelaku usaha, akademisi, serta pemerintah daerah. Tema yang diusung adalah “Hilirisasi Investasi Strategis: Ciptakan Nilai Tambah, Indonesia Maju.”
Sekretaris Kementerian Investasi dan Hilirisasi/Sekretaris Utama BKPM, Heldy Satrya Putera, menjelaskan bahwa kajian ini merupakan kelanjutan dari Peta Jalan Hilirisasi Investasi Strategis yang telah disusun pada 2022 dan 2023.
Tahun ini, terdapat tiga kajian utama yang disusun untuk mengoptimalkan hilirisasi.
Kajian pertama adalah Kajian Akselerasi Hilirisasi Investasi Strategis. Fokusnya adalah memotret perkembangan investasi hilirisasi dari berbagai komoditas, termasuk nikel dan kelapa sawit.
Heldy menyebut, ”Kami juga memotret, merekam apa saja permasalahan (komoditas) yang ada, supaya kita bisa optimalkan,” ungkapnya, seperti dilihat pada laman resmi BKPM, Sabtu (28/12/2024).
Kajian kedua adalah Kajian Optimalisasi Hilirisasi Investasi Strategis. Terdapat tujuh komoditas yang menjadi perhatian utama, seperti bauksit, biofuel, dan kelapa sawit. Kajian ini bertujuan mengidentifikasi hambatan sekaligus merancang solusi yang tepat.
Sementara itu, kajian ketiga mengupas dampak hilirisasi dari sisi ekonomi, sosial, dan lingkungan. Dua komoditas utama yang menjadi sorotan adalah nikel dan kelapa sawit.
Kajian ini menunjukkan bahwa kelapa sawit, yang sering kali dianggap sebagai penyebab deforestasi, sebenarnya memiliki dampak positif yang signifikan.
Dari segi ekonomi, sawit menyumbang 0,23% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) nasional.
Selain itu, kelapa sawit juga menunjukkan manfaat yang luas dalam hal keberlanjutan.
“Jadi (kelapa sawit) mulai dari utamanya, produknya sampai cangkangnya semua sudah dimanfaatkan di dalam negeri,” pungkas Heldy.
Dalam kesempatan tersebut, BKPM juga menyampaikan pentingnya keberlanjutan dalam pengelolaan komoditas strategis.
Hilirisasi sawit tidak hanya meningkatkan nilai tambah, tetapi juga menciptakan solusi atas berbagai tantangan lingkungan.
Expose ini diharapkan menjadi momentum penting bagi hilirisasi kelapa sawit di Indonesia.
Dengan strategi yang tepat, kelapa sawit dapat terus menjadi pilar utama pertumbuhan ekonomi nasional sekaligus mendukung keberlanjutan.***