Mahasiswa Untag Surabaya Kembangkan Alat Deteksi Kualitas Minyak Goreng Sawit

Mahasiswa Untag Surabaya mengembangkan alat deteksi kualitas minyak goreng sawit berbasis fuzzy logic. Alat ini mampu menilai kelayakan minyak berdasarkan warna, kejernihan, dan bau.

BERITA

Arsad Ddin

17 Februari 2025
Bagikan :

(Foto: infopublik.id)

Surabaya, HAISAWIT - Mahasiswa Program Studi Teknik Elektro Universitas 17 Agustus 1945 (Untag) Surabaya, Adhitiya Dwijaya Ariyanto, mengembangkan alat deteksi kualitas minyak goreng sawit berbasis fuzzy logic. Inovasi ini memungkinkan pengguna menilai kelayakan minyak goreng berdasarkan tiga parameter utama.

Dilansir laman InfoPublik.id, Senin (17/02/2025), alat ini bekerja dengan mendeteksi warna, kejernihan, dan bau minyak goreng menggunakan sensor khusus. Data yang diperoleh kemudian dianalisis dengan metode fuzzy logic untuk menentukan apakah minyak goreng masih layak digunakan atau tidak.

Adhitiya mengatakan ide ini muncul saat menjalani magang di sebuah perusahaan minyak goreng. Ia memperhatikan bahwa minyak goreng murni memiliki warna kuning cerah, sementara minyak yang digunakan berulang kali berubah warna menjadi coklat pekat.

“Saya melihat proses pengolahan minyak goreng yang tanpa pewarna memiliki warna kuning cerah. Namun, di rumah, banyak ibu-ibu menggunakan minyak goreng berulang kali hingga warnanya berubah coklat pekat. Dari situ, saya mulai bertanya-tanya apakah perubahan warna ini mempengaruhi kualitas minyak,” jelasnya, di Surabaya, Sabtu (15/02/2025).

Pengembangan alat ini dilakukan dengan bimbingan dosen Lutfi Agung Swarga, S.T., M.T., dan Ir. HM Balok Hariadi, M.Sc. Tiga sensor utama yang digunakan adalah sensor warna, sensor kejernihan, dan sensor gas untuk mendeteksi bau.

“Ketiga parameter ini dapat dideteksi menggunakan sensor. Data dari ketiga sensor kemudian dianalisis menggunakan metode fuzzy logic untuk menentukan apakah minyak goreng masih layak digunakan atau tidak,” imbuhnya.

Alat ini diuji pada berbagai sampel minyak goreng, baik yang baru maupun yang telah digunakan beberapa kali. Pengujian juga dilakukan dengan menggoreng beberapa jenis makanan untuk melihat dampaknya terhadap kejernihan minyak.

“Hasilnya menunjukkan bahwa minyak yang digunakan untuk menggoreng ayam atau ikan lebih cepat keruh dibandingkan bahan lainnya karena kandungan lemak dan residu dari makanan tersebut,” jelasnya.

Proses pengembangan alat ini berlangsung selama enam bulan. Tahapannya meliputi pembuatan perangkat keras, pemrograman mikrokontroler, serta pengembangan antarmuka grafis (GUI) menggunakan MATLAB.

Meskipun alat ini masih dalam tahap awal, potensi penggunaannya cukup luas. Dosen pembimbing awalnya menyarankan agar alat ini dibuat dalam bentuk portable agar dapat digunakan oleh BPOM untuk pengawasan lapangan.

“Awalnya, dosen pembimbing menyarankan agar alat ini dibuat dalam bentuk portable sehingga bisa digunakan untuk mendukung pengawasan BPOM di lapangan, seperti memeriksa minyak goreng yang digunakan pedagang kaki lima. Namun, karena keterbatasan, alat ini sementara hanya bisa digunakan di skala rumah tangga,” kata Adhitiya.

Ke depan, alat ini berpotensi dikembangkan lebih lanjut agar lebih praktis dan dapat dimanfaatkan oleh masyarakat secara luas. Menurut Adhitiya, kesadaran akan kualitas minyak goreng sangat penting untuk kesehatan.

“Semoga alat ini bisa membantu masyarakat lebih peduli terhadap kesehatan, karena sebenarnya minyak goreng idealnya hanya digunakan sekali saja,” tambahnya.***

Bagikan :

Artikel Lainnya