Proyeksi Penurunan Ekspor Minyak Sawit Indonesia di Tahun 2024: Dampak Pengenalan Biodiesel B40

Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) memperkirakan ekspor minyak sawit akan kembali mengalami penurunan pada tahun 2024.

BERITA HAI PRODUK SAWIT

danang

21 November 2024
Bagikan :

BANDUNG – Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) memperkirakan ekspor minyak sawit akan kembali mengalami penurunan pada tahun 2024. Hal ini karena pengenalan biodiesel B40 dapat meningkatkan konsumsi.

Berdasarkan riset Gapki, konsumsi minyak sawit dalam negeri akan meningkat menjadi 25,4 juta ton pada tahun 2023, meningkat 9,08% dari 23,28 juta ton pada tahun 2023. Konsumsi biodiesel merupakan mayoritas dengan serapan sebesar 11,6 juta ton.

Head of Media Relations Gapki Fenny Sofyan mengatakan peningkatan konsumsi dalam negeri akan berdampak pada ekspor CPO, dan jika pengenalan biodiesel B35 terus dilakukan dan B40 diperkenalkan maka ekspor CPO diperkirakan akan turun 11,95%.

“Kalau di 2024 itu akan meningkat sekitar 9,08%, jadi kalau tadi ditambah 2 juta ton untuk biodiesel [proyeksi konsumsi B40] berarti meningkat ya menjadi 27,4 juta ton konsumsi dalam negeri, ekspor nya turun menjadi 13,95%,” kata Fenny dalam agenda Workshop Jurnalis Industri Hilir Sawit di Bandung.

Nilai ekspor minyak sawit mengalami penurunan sejak tahun 2019. Saat itu volume ekspor mencapai 37,4 juta ton, namun pada tahun 2020 turun menjadi 34 juta ton.

Tren penurunan volume ekspor terus berlanjut pada tahun 2021, dengan volume ekspor masih tersisa sebesar 33,6 juta ton, namun setelah itu akan mulai sedikit meningkat menjadi 33,9 juta ton pada tahun 2022. Gapki memperkirakan ekspor akan tetap sebesar 32,9 juta ton pada tahun 2023.

"Ekspor terus turun, di 2023 ini unik ada sebagian yang menyebutkan ekspor turun itu bukan karena produksi yang stagnan," ujarnya.

Menurut Fenny, penurunan ekspor pada tahun 2023 disebabkan oleh niat Rusia untuk menandatangani Black Sea Grain Initiative pada tahun 2022. Perjanjian tersebut membuka jalur perdagangan dan mengizinkan ekspor biji-bijian dan minyak bunga matahari dengan harga lebih rendah.

Artinya, China dan India, eksportir utama bahan mentah tersebut, akan melimpah stoknya pada tahun 2023. Stok minyak biji-bijian dan minyak bunga matahari di kedua negara diperkirakan akan habis selama Tahun Baru Imlek tahun ini.

"Makanya kemudian itu di Oil World, Pakistan juga konsisten bahwa penurunan ekspor dari Indonesia lebih karena mereka [China dan India] punya stok yang cukup tinggi, tetapi kalau lihat disini ya memang produksinya juga stagnan," katanya.

Sementara itu, Fenny mengatakan meskipun produksi CPO/CPKO Indonesia mengalami stagnasi selama empat tahun, penggunaan biodiesel terus mendorong pertumbuhan konsumsi pangan, biodiesel, dan oleokimia dalam negeri.

"Dengan adanya el nino di tahun 2023, sedikit banyak akan mempengaruhi penurunan produksi hingga 2024 meskipun tidak terlalu signifikan. Realisasi Peremajaan Sawit Rakyat (PSR) sangat rendah," tutupnya.

Sumber : market.bisnis.com

Bagikan :

Artikel Lainnya