Strategi GAPKI Antisipasi Dampak Depresiasi Rupiah di Tahun 2025 Terhadap Industri Kelapa Sawit

GAPKI telah menyusun strategi antisipasi dampak depresiasi rupiah hingga 2025, dengan fokus pada pengadaan pupuk dan stabilitas biaya produksi industri sawit.

BERITA

Arsad Ddin

23 Desember 2024
Bagikan :


Ketua Umum Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) Eddy Martono Rustamadji. (Foto: gapki.id)


Jakarta, HAISAWIT – Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) telah mempersiapkan berbagai strategi untuk menghadapi dampak depresiasi rupiah yang diperkirakan berlangsung hingga tahun 2025.

Ketua Umum GAPKI, Eddy Martono, menyebutkan langkah-langkah tersebut difokuskan pada pengelolaan biaya produksi dan pengadaan kebutuhan penting, seperti pupuk.

Eddy menjelaskan bahwa pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS memberikan tekanan signifikan pada biaya produksi. Kenaikan biaya terutama terjadi pada komponen pupuk yang sebagian besar masih diimpor.

“Depresiasi rupiah mendorong peningkatan biaya produksi, yang akhirnya berdampak pada kenaikan harga minyak sawit di pasar domestik,” jelasnya, seperti dilihat pada laman resmi GAPKI, Senin (23/12/2024).

Sebagai langkah antisipasi, GAPKI telah memesan kebutuhan pupuk untuk semester pertama tahun 2025 sejak September hingga November 2024.

Sebagian besar pengiriman sudah dilakukan secara bertahap, meskipun sistem pembayaran tetap menjadi faktor yang perlu diperhatikan.

Selain itu, GAPKI juga mendorong penggunaan pupuk dari pemasok lokal untuk mengurangi ketergantungan pada impor. Langkah ini dinilai dapat membantu menekan dampak fluktuasi nilai tukar terhadap biaya produksi.

Eddy menekankan pentingnya stabilitas kurs rupiah dalam mendukung keberlanjutan industri kelapa sawit. Kurs yang stabil di kisaran Rp15.000 hingga Rp15.500 per dolar AS, menurutnya, adalah angka yang ideal bagi pengusaha sawit.

“Stabilitas ini akan menjaga daya saing dan kestabilan biaya produksi, sehingga industri kelapa sawit dapat terus menjadi salah satu penopang utama perekonomian nasional,” katanya.

Dengan strategi antisipatif ini, GAPKI berharap industri kelapa sawit tetap mampu bertahan dan memberikan kontribusi positif bagi perekonomian Indonesia meski di tengah tantangan depresiasi rupiah.***


Bagikan :

Artikel Lainnya