APROBI Identifikasi Empat Faktor Penentu Sukses Biodiesel Indonesia

Biodiesel di Indonesia mengalami perkembangan pesat dengan berbagai faktor yang mendukung industri ini. APROBI mengungkap elemen-elemen penting yang berperan dalam keberhasilan program bahan bakar nabati ini.

BERITA

Arsad Ddin

24 Maret 2025
Bagikan :


(Foto: APROBI)

Jakarta, HAISAWIT - Asosiasi Produsen Biofuel Indonesia (APROBI) memaparkan empat faktor utama yang menjadi kunci keberhasilan biodiesel di Indonesia. Hal ini diungkapkan dalam Workshop Jurnalis Industri Hilir Sawit yang berlangsung di Bogor dengan dukungan dari Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS), Gabungan Industri Minyak Nabati Indonesia (GIMNI), dan APROBI.

Ketua Bidang Sustainability APROBI, Rapolo Hutabarat, menjelaskan bahwa industri biodiesel di Indonesia berkembang pesat berkat berbagai dukungan yang saling berkaitan. Keberhasilan ini tidak terlepas dari empat faktor utama yang menjadi fondasi program biodiesel nasional.

Faktor pertama adalah konsistensi kebijakan pemerintah. Dukungan regulasi yang stabil dan mandatori biodiesel yang terus diterapkan menjadi pondasi utama bagi perkembangan industri ini.

Faktor kedua adalah keterlibatan sektor industri. Perusahaan energi, industri otomotif, serta badan usaha bahan bakar minyak (BBM) turut mendukung implementasi biodiesel dengan melakukan uji coba dan penggunaan bahan bakar nabati.

Faktor ketiga berkaitan dengan riset dan inovasi. Sejumlah lembaga seperti LEMIGAS, BRIN, serta berbagai perguruan tinggi aktif melakukan penelitian dan pengembangan biodiesel agar semakin efisien dan berkelanjutan.

Faktor keempat adalah pendanaan dari BPDPKS. Dukungan dana yang dialokasikan untuk riset, pengujian, serta implementasi biodiesel membantu kelangsungan dan perluasan program ini di berbagai sektor.

Selain membahas biodiesel, APROBI juga menyoroti pengembangan bioavtur sebagai bagian dari ketahanan energi nasional. Penggunaan bahan bakar pesawat berbasis sawit ini dinilai semakin mendesak di tengah regulasi global yang semakin ketat.

"Kembali ke ketahanan energi, kami kira perlu didorong memblending, menggunakan sawit untuk bioavtur," ujar Rapolo, dikutip Senin (24/03/2025).

Ia juga menambahkan bahwa dalam waktu mendatang, penggunaan bioavtur akan menjadi kewajiban di beberapa negara. Uni Eropa, misalnya, akan mewajibkan penggunaan bioavtur untuk seluruh penerbangan yang masuk ke wilayahnya mulai 2026 atau 2027.

"Karena dalam waktu ke depan, 2026 atau 2027, harus semua penerbangan yang mendarat ke Eropa menggunakan bioavtur," katanya.

Program biodiesel yang telah berjalan menunjukkan bahwa bahan bakar nabati berbasis sawit memiliki prospek besar. Dengan adanya dukungan dari berbagai pihak, penggunaan energi terbarukan dari sawit semakin berkembang di masa depan.***

Bagikan :

Artikel Lainnya