ITS dan BGA berkolaborasi dalam riset kelapa sawit melalui Open Innovation BGA 2025, dengan fokus pada rekayasa metabolit, artificial pollination, mikroba booster, dan digitalisasi industri sawit.
Arsad Ddin
9 Februari 2025ITS dan BGA berkolaborasi dalam riset kelapa sawit melalui Open Innovation BGA 2025, dengan fokus pada rekayasa metabolit, artificial pollination, mikroba booster, dan digitalisasi industri sawit.
Arsad Ddin
9 Februari 2025(Foto: its.ac.id)
Jakarta, HAISAWIT - Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kembali menjalin kerja sama strategis dengan PT Bumitama Gunajaya Agro (BGA) untuk mengembangkan inovasi di industri kelapa sawit. Melalui program Open Innovation BGA 2025, ITS mendapatkan kesempatan besar dalam penelitian berbasis teknologi.
Dilansir laman ITS, Minggu (09/02/2025), kolaborasi ini diwujudkan dalam bentuk hibah riset yang diberikan kepada mahasiswa dan dosen ITS. Program ini bertujuan untuk mendorong pengembangan ilmu pengetahuan serta penerapan teknologi modern dalam sektor kelapa sawit.
Direktur Direktorat Riset dan Pengabdian kepada Masyarakat (DRPM) ITS, Fadlilatul Taufany, menjelaskan bahwa ITS telah menjadi penerima hibah terbesar dari program Open Innovation BGA tahun sebelumnya. Capaian tersebut semakin memperkuat posisi ITS sebagai pusat penelitian kelapa sawit di Indonesia.
Staff Corporate Development BGA, Muhammad Kalili, menyebutkan bahwa pada tahun ini program akan berfokus pada empat aspek utama. Salah satunya adalah rekayasa metabolit yang meneliti biosintesis minyak sawit melalui manipulasi metabolit. Selain itu, penelitian juga akan mencakup studi tentang serangga polinator serta pengembangan artificial pollination guna meningkatkan fruit set.
Selain itu, BGA dan ITS juga meneliti aplikasi inovatif booster berbasis mikroba. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan rasio antara minyak dan mesokarp basah pada buah sawit. Langkah ini menjadi bagian penting dalam upaya optimalisasi hasil produksi kelapa sawit.
Fokus terakhir dalam program ini adalah implementasi digitalisasi, mekatronika, dan otomasi dalam skala industri. Teknologi ini dinilai mampu meningkatkan efisiensi produksi serta mengurangi ketergantungan terhadap tenaga kerja manual.
“Meski banyak potensi riset di industri kelapa sawit, tahun ini kami fokus pada empat topik utama tersebut,” tutur Kalili.
Program Open Innovation BGA 2025 menjadi wujud nyata sinergi antara akademisi dan industri dalam mengembangkan riset sawit berbasis teknologi. Dengan dukungan pendanaan dan kerja sama yang solid, riset ini akan semakin mendorong inovasi dalam industri kelapa sawit nasional.***