Dr. Delima Hasri: Tantangan dan Peluang Mengembalikan Kejayaan Perkebunan Indonesia

Dr. Delima Hasri ajak semua pihak bersinergi mengatasi hambatan di sektor perkebunan untuk mengembalikan kejayaan Indonesia sebagai penghasil komoditas unggulan dunia

BERITA

Arsad Ddin

11 Desember 2024
Bagikan :


M Danang MRQ (kiri), bersama Ketua Umum Gabungan Perusahaan Perkebunan Indonesia (GPPI), Delima Hasri Azahari.

Jakarta, HAISAWIT – Perkebunan telah menjadi salah satu tulang punggung perekonomian Indonesia selama puluhan tahun. Namun, tantangan besar masih menghantui sektor ini, terutama dalam upaya mengembalikan kejayaannya.

Dr. Ir. Delima Hasri Azahari, MS., Ketua Umum Gabungan Perusahaan Perkebunan Indonesia (GPPI) sekaligus Peneliti Ahli Utama Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), menyoroti berbagai tantangan dan peluang yang dihadapi sektor perkebunan dalam orasinya di acara Hari Puncak Perkebunan ke-68.

“Indonesia pernah menjadi penghasil komoditas perkebunan nomor satu di dunia, seperti rempah-rempah, gula, dan kelapa,” ujarnya dalam acara Hari Puncak Perkebunan ke-68, yang dilaksanakan oleh Gamal Institute, Selasa (10/12/2024).

Dr. Delima menambahkan bahwa saat ini hanya kelapa sawit yang masih menjadi komoditas unggulan dengan daya saing tinggi di pasar global. Komoditas ini berkontribusi besar terhadap ekspor nasional dan menyerap jutaan tenaga kerja.

Salah satu isu utama yang diangkat adalah kondisi perkebunan rakyat, yang mendominasi luas lahan untuk beberapa komoditas strategis seperti karet, kopi, dan kakao.

“Perkebunan rakyat menghadapi masalah seperti kondisi tanaman tua, penggunaan benih unggul yang terbatas, hingga kesulitan akses pembiayaan,” ungkapnya.

Selain itu, tantangan seperti gangguan usaha, konflik lahan, hingga anomali iklim juga menjadi hambatan besar bagi keberlanjutan sektor ini.

Namun, di balik tantangan tersebut, Dr. Delima juga melihat peluang besar untuk mengembalikan kejayaan perkebunan Indonesia. Menurutnya, penguatan sinergi antara pemerintah, pelaku usaha, dan petani merupakan kunci utama.

“Mensinergikan seluruh potensi sumber daya tanaman, teknologi, dan tata kelola yang baik dapat meningkatkan daya saing dan produktivitas sektor ini,” katanya.

Selain itu, ia menekankan pentingnya kebijakan berbasis kawasan yang mendukung keberlanjutan, investasi pada riset, serta pengembangan sumber daya manusia di sektor perkebunan.

Dr. Delima juga menggarisbawahi peran strategis sektor perkebunan dalam mendukung tujuan Sustainable Development Goals (SDGs).

“Kelapa sawit, misalnya, tidak hanya menyumbang devisa tetapi juga mendukung ketahanan pangan, energi, dan pengembangan wilayah pedesaan,” tuturnya.

Ia berharap kolaborasi antara berbagai pemangku kepentingan dapat memperkuat kontribusi perkebunan terhadap ekonomi nasional sekaligus keberlanjutan lingkungan.

Acara Hari Puncak Perkebunan ke-68 menjadi momentum penting untuk merefleksikan kembali kejayaan sektor ini di masa lalu dan menentukan langkah strategis menuju masa depan. Dengan berbagai upaya inovatif dan sinergi yang kuat, Indonesia diharapkan dapat kembali berjaya di dunia perkebunan global.***


Bagikan :

Artikel Lainnya