Prabowo Subianto tegaskan posisi Indonesia soal sawit di tengah tekanan Eropa: "Ini peluang, bukan hambatan."
Arsad Ddin
7 Januari 2025Prabowo Subianto tegaskan posisi Indonesia soal sawit di tengah tekanan Eropa: "Ini peluang, bukan hambatan."
Arsad Ddin
7 Januari 2025Presiden Republik Indonesia, Prabowo Subianto (Foto: iposs.co.id)
Jakarta, HAISAWIT - Presiden Prabowo Subianto kembali menyoroti posisi Indonesia dalam menghadapi tekanan dari negara-negara Eropa terkait kelapa sawit. Pernyataannya mencerminkan pendekatan diplomasi yang tegas, sekaligus menegaskan kedaulatan Indonesia sebagai negara penghasil sawit terbesar di dunia.
Dalam acara Penutupan Kongres Partai Amanat Nasional (PAN) 2024, Presiden Prabowo memberikan pernyataan yang cukup mengejutkan. Ia menanggapi kebijakan Uni Eropa yang cenderung membatasi impor kelapa sawit dari Indonesia.
“Oh Yang Mulia, nda-nda, nggak usah, kami merasa justru kalau Eropa tidak mau beli kelapa sawit kita, kita bersyukur, blessing in disguise. Agak kaget juga beliau (Macron),” kata Prabowo dalam acara tersebut, dikutip dari laman resmi Indonesia Palm Oil Strategic Studies (IPOSS), Selasa (07/01/2025), yang rilis pada, Senin (06/01/2025).
Pernyataan ini mengundang perhatian publik. Beberapa pihak menilai bahwa Prabowo sedang mengirimkan pesan diplomatik yang kuat kepada Uni Eropa. Indonesia, menurutnya, tidak boleh tunduk pada tekanan yang dapat menghambat pengembangan sektor kelapa sawit.
Sektor kelapa sawit merupakan salah satu penopang ekonomi Indonesia. Produk turunannya tidak hanya berkontribusi pada ekspor, tetapi juga menjadi bagian penting dalam memenuhi kebutuhan energi dan pangan dalam negeri.
Namun, industri ini juga kerap menjadi sorotan akibat isu deforestasi dan dampak lingkungan. Kebijakan Uni Eropa yang menerapkan regulasi ketat terhadap produk berbasis kelapa sawit menambah tantangan yang harus dihadapi Indonesia.
Dalam konteks ini, pernyataan Prabowo dinilai sebagai bentuk strategi negosiasi balik. Dengan menekankan manfaat lain dari sawit, seperti potensi peningkatan konsumsi domestik, ia berusaha menunjukkan bahwa Indonesia memiliki opsi alternatif jika pasar Eropa tidak lagi terbuka.
Selain itu, Presiden juga mendorong langkah intensifikasi, peremajaan sawit rakyat, dan pemanfaatan lahan terdegradasi sebagai bagian dari strategi keberlanjutan industri sawit. Langkah ini dianggap sejalan dengan upaya menjaga keseimbangan antara pertumbuhan ekonomi dan pelestarian lingkungan.
Pendekatan tegas yang diambil Prabowo memperlihatkan bahwa Indonesia tidak hanya menjadi objek dalam persaingan global, tetapi juga mampu mengambil inisiatif untuk menentukan posisinya.
Dengan langkah-langkah yang terencana, Indonesia dapat terus mengembangkan sektor kelapa sawit secara berkelanjutan, baik untuk pasar lokal maupun global.***