Kongo menjadi anggota penuh CPOPC bersama Indonesia, Malaysia, Honduras, dan Papua Nugini. Keanggotaan ini memperluas cakupan organisasi dalam memperjuangkan industri sawit di tingkat internasional.
Arsad Ddin
13 Maret 2025Kongo menjadi anggota penuh CPOPC bersama Indonesia, Malaysia, Honduras, dan Papua Nugini. Keanggotaan ini memperluas cakupan organisasi dalam memperjuangkan industri sawit di tingkat internasional.
Arsad Ddin
13 Maret 2025(Foto: ekon.go.id)
Jakarta, HAISAWIT - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menandatangani surat persetujuan aksesi Kongo sebagai anggota penuh Council of Palm Oil Producing Countries (CPOPC) pada Rabu (12/03/2025). Keputusan ini juga disepakati oleh Malaysia, Honduras, dan Papua Nugini.
Kongo sebelumnya berstatus sebagai negara tamu dan pengamat di CPOPC. Kini, dengan status keanggotaan penuh, negara tersebut semakin terlibat dalam kebijakan dan pengembangan industri kelapa sawit global.
Dengan bergabungnya Kongo, CPOPC memperluas cakupan keanggotaan di luar Asia dan Amerika Latin. Langkah ini membuka peluang baru bagi negara-negara Afrika dalam mengembangkan sektor kelapa sawit.
Kongo memiliki luas perkebunan kelapa sawit sekitar 340.000 hektare dengan produksi tandan buah segar (TBS) mencapai 2,23 juta ton pada 2023. Produktivitas perkebunan di negara ini tercatat sekitar 6,59 ton per hektare.
Sebanyak 54.000 pekebun kelapa sawit di Kongo menjadi bagian dari industri ini. Keanggotaan di CPOPC dipandang sebagai langkah strategis dalam meningkatkan produksi dan memperbaiki tata kelola perkebunan.
CPOPC berperan dalam mendukung keberlanjutan industri kelapa sawit, termasuk memperjuangkan akses pasar yang lebih adil. Dengan masuknya Kongo, organisasi ini semakin memiliki pengaruh dalam forum internasional.
Sebagai organisasi yang didirikan oleh Indonesia dan Malaysia pada 2015, CPOPC bertujuan mengembangkan industri kelapa sawit secara berkelanjutan. Keterlibatan negara baru seperti Kongo menjadi bagian dari upaya memperkuat peran sektor ini secara global.
Keanggotaan Kongo juga mencerminkan potensi besar Afrika dalam industri kelapa sawit. Negara ini memiliki peluang untuk meningkatkan produksi dan berkontribusi lebih besar dalam rantai pasok global.
Dengan langkah ini, CPOPC tidak hanya menambah jumlah anggotanya tetapi juga memperluas jangkauan dalam memperjuangkan industri sawit yang berkelanjutan dan berdaya saing di tingkat dunia.***